Minggu, 31 Agustus 2008

Santai Sejenak Bersama Mazda CX9


Hari Jumat, 15 Agustus 2008. Pagi itu jam menunjukkan pukul 10.30. Ajakan untuk bermain boling sulit untuk dilewatkan, apalagi ada libur panjang pada 16, 17, dan 18Agustus 2008. Di area parkir, terparkir rapi CX9, sport utility vehicle full size dari Mazda yang mengadopsi sosok sebuah coupe, mobil berpintu dua.
Mobil dibuka dengan menggunakan remote control yang menyatu dengan kunci kontak. Kunci kontak dimasukkan ke dalam tempatnya dan mesin dihidupkan. Suara mesin berkapasitas 3.7 Liter, 6 silinder dalam konfigurasi V (V6) terdengar halus di dalam kabin.
Pedal rem diinjak, tangkai persneling otomatik dipindahkan dari huruf P (parking) ke huruf D (drive), dan kaki dipindahkan dari pedal rem ke pedal gas (akselerator). Injakan lembut pada pedal gas membuat CX9 meluncur perlahan ke luar area parkir, membaur dengan kendaraan lain di jalan raya.


CX9 pun dipacu ke arena boling di pusat perbelanjaan Plaza Senayan. Suara mesin tetap terdengar halus di kabin kendati mobil dipacu dengan kecepatan 80 kilometer per jam. Bahkan, ketika mobil sempat dipacu sampai 120 kilometer per jam, kesenyapan di dalam kabin tetap terjaga.

Tenaga maksimum mesin sebesar 275 PK pada 6.250 rpm dan torsi maksimum sebesar 366 Nm pada 4.250 rpm disalurkan ke empat roda melalui persneling otomatik dengan 6 tingkat kecepatan yang dilengkapi Activematic (sejenis tiptronic). Dengan Activematic, pengendara dapat menaikkan atau menurunkan gigi persneling secara manual.

Dengan posisi tangkai persneling pada huruf D saja, akselerasi CX9 sudah cukup cepat untuk sebuah SUV. Apalagi jika pengendara akrab dengan mobil yang menggunakan persneling otomatik. Namun, jika akselerasi dianggap kurang cepat, pengendara tinggal memindahkan tangkai persneling ke posisi manual, dan menaikkan dan menurunkan gigi persneling secara manual sesuai irama (pace) yang diinginkan.

Pagi itu kondisi lalu lintas agak lengang sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk sampai di Plaza Senayan. Jam menunjukkan pukul 10.50, pada saat mobil diparkir di lantai IV Plaza Senayan.

Setelah memesan minum dan bercakap-cakap sejenak, permainan boling pun dimulai. Mengingat yang berkumpul ada enam orang, maka dibentuklah dua kelompok.
Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 13.15. Rasa lapar pun mulai muncul. Tanpa perdebatan panjang, diputuskanlah untuk makan siang di Rustique, X2 Plaza Senayan, yang terkenal dengan berbagai ragam pilihan steak dan wine-nya.

Namun, waktu tampaknya tidak berpihak pada kami, sekitar pukul 14.30 ada telepon dari kantor yang menyatakan ada rapat penting yang harus dihadiri. Acara kebersamaan pun terpaksa diakhiri, dengan janji akan menghabiskan malam bersama-sama.

Menonjol kesenyapannya
Mazda CX9 yang berukuran panjang 5,074 meter dan lebar 1,936 meter (bandingkan dengan Mazda CX7 yang berukuran panjang 4,665 meter dan lebar 1,871 meter) ke luar dari gedung parkir Plaza Senayan menuju kantor di kawasan Palmerah Selatan. Mobil sempat dipacu sampai 140 kilometer per jam. Kendati posisi tangkai berada di huruf D, posisi gigi persneling yang berganti-ganti dapat dilihat di panel indikator di dashboard.



Rapat berlangsung jauh lebih lama daripada yang diperkirakan semula. Acara makan malam pun terlewatkan. Pukul 22.30, pertemuan siang tadi dilanjutkan kembali, kali ini dalam keadaan yang jauh lebih santai. Tepatnya di dalam kabin CX9 yang memang menonjol kesenyapannya. Suara alunan musik pun terdengar lebih jernih di telinga walau mobil dipacu dengan kecepatan tinggi.

Setelah mengelilingi sebagian wilayah Jakarta lewat jalan dalam tol Ibu Kota, maka dicarilah tempat nongkrong untuk berbincang-bincang sambil minum minuman ringan di Bistro Deliverance, fX, tepatnya di balkon bagian luar, di udara terbuka. Beruntung ada tempat nongkrong yang buka sampai dini hari, tepatnya sampai pukul 03.00, pada akhir pekan, atau menjelang hari libur.

Walaupun terbilang bongsor, sosok Mazda CX9 sama sekali tidak sulit dikendarai dan diparkir di area parkir bawah tanah di pusat perbelanjaan fX, di pojok Pintu I Senayan, yang jalan masuk dan keluarnya tergolong agak sempit. Tidak diperlukan waktu yang lama atau bahkan bantuan dari petugas satuan pengamanan yang berjaga-jaga di area parkir.

Bagi yang tidak biasa mengendarai mobil bersosok besar, jangan khawatir karena varian Mazda CX9 yang dijual di Indonesia akan dilengkapi dengan serangkaian sensor parkir yang akan memudahkan Anda parkir.

Konsep zoom-zoom (atau dalam bahasa Indonesia, brem… brem, suara mesin mobil yang gas) yang diartikan sebagai mobil yang berorientasi pada pengendara (driver’s car) benar-benar menyatu dengan mobil-mobil keluaran Mazda yang dinamis dan mudah dikendalikan.

Dengan serangkaian perangkat keamanan (safety) pasif dan aktif yang melengkapi CX9, mobil keluaran terbaru Mazda itu termasuk mobil yang aman dikendarai. Belum lagi, CX9 juga dilengkapi dengan electronic stability program (ESP) yang menjamin mobil itu tetap melintas di jalurnya. ESP akan segera mengantisipasi jika mobil mengalami oversteer atau understeer.
Oversteer adalah keadaan di mana saat mobil menikung, roda belakang cenderung slip keluar dari lintasan normal. Dan, jika mobil mengalami oversteer, ESP segera mengoreksinya dengan menerapkan rem pada roda depan bagian luar.

Sedangkan understeer adalah keadaan di mana saat menikung, roda depan cenderung slip keluar dari lintasan normal. Jika mobil mengalami understeer, ESP segera mengoreksinya dengan menerapkan rem pada roda belakang bagian dalam.

Bagaimana dengan konsumsi bahan bakar Mazda CX9? Klaim pabrik menyebutkan untuk penggunaan di dalam kota, Mazda CX9 mengonsumsi 14,1 liter bensin untuk menempuh perjalanan sejauh 100 kilometer, atau 1 liter untuk menempuh perjalanan sejauh 7 kilometer. Sedangkan untuk penggunaan keluar kota dengan kecepatan konstan, CX9 mengonsumsi 9,7 liter untuk 100 kilometer, atau 1 liter untuk 10,3 kilometer. Dengan demikian, secara rata-rata CX9 mengonsumsi 1 liter bensin untuk menempuh perjalanan sejauh 8,65 kilometer. (JL)


Label:

Ingin Mengembalikan Kejayaan Mazda di Indonesia


Dalam waktu dekat, Mazda akan memasukkan Mazda2 yang akan menempati segmen hatchback subkompak, yang saat ini antara lain ditempati Honda Jazz, Toyota Yaris, Suzuki Swift, dan Hyundai Getz. Itu sebagai bagian dari upaya Mazda untuk mengembalikan kejayaannya di Indonesia dengan menghadirkan mobil-mobil buatannya secara penuh.
Saat ini Mazda hadir dengan sedan kompak Mazda3, sedan menengah Mazda6, multipurpose vehicle (MPV) kompak Mazda5, minitruk dengan kabin tunggal dan kabin ganda B-50, serta tiga model sport utility vehicle (SUV), yakni Tribute (setara Ford Escape), CX7, dan CX9. Dengan hadirnya Mazda2 nanti sebagian besar mobil buatan Mazda telah dipasarkan di Indonesia.

Foto: Yoshiya Horigome
Marketing and Sales Director
PT Mazda Motor Indonesia




Sampai pertengahan tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an, Mazda pernah hadir kuat di negara ini, antara lain melalui Mazda 323, Mazda Interplay, Mazda 626, dan Mazda Cronos. Namun, secara perlahan tetapi pasti pamor Mazda meredup. Kini, Mazda mencoba bangkit. Meskipun disadari sepenuhnya bahwa hal itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, mengingat selama ini Mazda seperti dalam keadaan mati suri.

”Saya tahu itu tidaklah mudah. Akan tetapi, saya yakin itu mungkin dilakukan, mengingat Mazda adalah produk yang bagus dan berkualitas, tak kalah dengan mobil buatan Jepang lainnya,” ujar Yoshiya Horigome.

Horigome juga yakin produk yang baik saja tidaklah cukup untuk membuat mobil laris di pasar. Yang tidak kalah penting adalah pelayanan terhadap konsumen. Pelayanan yang dimaksudkan di sini bukan hanya saat orang akan membeli mobil, melainkan juga pelayanan setelah mobil dijual atau dikenal dengan layanan purnajual (after sales service).

Dalam kaitan itulah, kata Horigome, PT Mazda Indonesia akan terus menambah jumlah dealer untuk menjamin layanan purnajual dan ketersediaan suku cadang. Saat ini Mazda sudah memiliki 10 dealer di Indonesia dan September mendatang akan dibuka tiga dealer lagi, yakni di Kelapa Gading (Jakarta), Medan, dan Bandung. Jumlah ini akan terus bertambah.

”Peningkatan penjualan produk Mazda dalam tahun 2008 ini yang cukup menggembirakan, membuat kami yakin sudah berada di jalur yang benar,” kata Horigome.(JL)


Label:

Innova "Dress Up", Berhias untuk Jaga Momentum


Mencapai penjualan yang tinggi tidaklah mudah, tetapi mempertahankan tingkat penjualan yang tinggi lebih tidak mudah lagi. Diperlukan berbagai upaya untuk mempertahankan tingkat penjualan yang tinggi itu, antara lain dengan menghias diri, yang dalam dunia otomotif dikenal dengan nama dress up atau facelift.



Itu pula yang dialami Toyota Kijang Innova. Memasuki usianya yang keempat, Kijang Innova pun menghias diri untuk membuat mobil keluarga itu tetap menarik dan diminati masyarakat. Bukan berarti Kijang Innova sudah tidak dianggap menarik dan tidak lagi diminati masyarakat, justru sebaliknya.

Kijang Innova masih dianggap menarik dan masih diminati. Hal itu bisa dilihat dari data penjualan mobil secara nasional yang dikeluarkan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pada bulan Agustus 2008.

Dari Januari sampai Juli 2008, total Kijang Innova terjual sebanyak 32.741 unit, dengan penjualan rata-rata per bulan di atas 4.000 unit. Penjualan tertinggi dicapai Juli, yakni 5.243 unit. Untuk menjaga momentum agar penjualan Kijang Innova tetap tinggi seperti sekarang, dikeluarkanlah varian dress up.

Kijang Innova dress up pun diperkenalkan kepada wartawan bidang otomotif di Ballroom 3, Hotel Ritz-Carlton Pacific Place, Kawasan Niaga Terpadu Semanggi, Jakarta Selatan, Selasa (26/8) lalu.

Kijang Innova dress up hadir dalam varian mesin bensin (2.0 Liter) dan mesin diesel (2.5 Liter) untuk tipe V, G, dan E, serta captain seat untuk tipe V dan G. Pilihan warna yang ditawarkan adalah super white, silver metallic, grey mica metallic, black mica, serta warna-warna baru, seperti grayish brown metallic, light blue metallic, dan blue metallic.

Perubahan pada sisi eksterior tampak pada bemper depan, grille radiator, bemper belakang, velg, serta lampu belakang dan kombinasinya. Sedangkan
pada sisi interior, perubahan tampak pada warna panel dan kursi.
”Kami berharap Kijang Innova dapat terus menjadi pilihan utama kendaraan ideal keluarga Indonesia,” kata Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor Johnny Darmawan.(JL/JPE)

Label:

Puas dan Bangga...


Kaoru Hosokawa, Chief Engineer Product Planning Toyota Commercial Vehicle Development Center Toyota, mengungkapkan puas dan bangga bahwa Kijang Innova dapat menggantikan peran Kijang lama (kapsul) sebagai mobil keluarga yang paling diminati di Indonesia. Karena itu berarti hasil kerja kerasnya tidaklah sia-sia. Apalagi, kata Hosokawa, Innova juga lebih baik daripada Kijang kapsul, terutama dari segi efisiensi bahan bakar.




Pada saat ia menerima tugas barunya sebagai Chief Engineer Product Planning Toyota Commercial Vehicle Development Center Toyota pada tahun 2002 ia sempat bingung dan gundah, apakah ia dapat mengemban tugas itu sebagaimana yang dibebankan kepadanya. Mengingat, salah satu tugasnya adalah membuat sebuah mobil keluarga baru untuk menggantikan Kijang lama. Namun, setelah melakukan riset yang mendalam tentang kendaraan seperti apa yang cocok dijadikan sebagai mobil keluarga di Indonesia, lahirlah Kijang Innova.

Sebagai Chief Engineer Product Planning Toyota Commercial Vehicle Development Center, tugas Hosokawa adalah mendesain innovation international multipurpose vehicle (IMV) yang dapat diterima secara global, di berbagai negara, terutama dari segi kualitas. Kendaraan yang dikembangkan di bawah bendera IMV itu antara lain Innova, Hilux, dan Fortuner.

Hosokawa yang sudah bekerja di Toyota selama 29 tahun mengungkapkan, sungguh tidak mudah mendesain sebuah kendaraan yang bisa diterima di banyak negara, mengingat tuntutan konsumen di tiap-tiap negara itu berbeda-beda. Sebagai contoh, tuntutan masyarakat Indonesia akan sebuah mobil adalah mobil tersebut dapat memuat sedikitnya tujuh orang, berbeda dengan tuntutan masyarakat Singapura, Malaysia, dan Thailand, di mana mobil dapat memuat dua sampai tiga orang.

Itu sebabnya, kata Hosokawa, mengembangkan IMV itu sama seperti mengembangkan batang pohon yang sama yang dapat diterima di berbagai negara. Perbedaan spesifik di tiap-tiap negara diwakili oleh perbedaan pada cabang-cabang dan ranting-rantingnya saja. ”Secara umum bisa dikatakan bahwa 80 persen kebutuhan orang Asia itu sama, perbedaan-perbedaannya terdapat pada yang 20 persen sisanya,” ujarnya.

Jika memerlukan sebuah MPV yang dapat memuat 8 orang, pilihan jatuh pada Innova. Jika memerlukan kendaraan bak terbuka atau mobil boks, pilihan jatuh kepada Hilux. Sedangkan jika ingin sebuah crossover sport utility vehicle (SUV) yang dapat memuat tujuh orang, tersedia Fortuner. Ketiga kendaraan itu berbasis IMV.
Hosokawa yakin, ke depan Kijang Innova masih akan menjadi mobil keluarga yang paling diminati di Indonesia, mengingat jika dilihat dari rentang harga jualnya, Kijang Innova yang dapat memuat delapan orang dewasa dengan leluasa itu tidak mempunyai pesaing langsung. Berbeda dengan di masa lalu, di mana Kijang lama memiliki pesaing, seperti Mitsubishi Kuda dan Isuzu Panther.(JL/JPE)



Label:

Minggu, 17 Agustus 2008

Sejarah sepeda Motor di Indonesia


Sepeda motor memiliki sejarah yang panjang di negeri ini. Sepeda motor sudah hadir sejak negara ini berada di bawah pendudukan Belanda dan masih bernama Hindia Timur, Oost Indie atau East India.
Data yang ada menyebutkan, sepeda motor hadir di Indonesia sejak tahun 1893 atau 115 tahun yang lalu. Uniknya, walaupun pada saat itu negara ini masih berada di bawah pendudukan Belanda, orang pertama yang memiliki sepeda motor di negeri ini bukanlah orang Belanda, melainkan orang Inggris. Dan, orang itu bernama John C Potter, yang sehari-hari bekerja sebagai Masinis Pertama di pabrik gula Oemboel (baca Umbul) Probolinggo, Jawa Timur.

Foto : Goddy Younge dengan Harley Davidson (1917)


Dalam buku Krèta Sètan (de duivelswagen) dikisahkan bagaimana John C Potter memesan sendiri sepeda motor itu ke pabriknya, Hildebrand und Wolfmüller, di Muenchen, Jerman.

Sepeda motor itu tiba pada tahun 1893, satu tahun sebelum mobil pertama tiba di negara ini. Itu membuat John C Potter menjadi orang pertama di negeri ini yang menggunakan kendaraan bermotor.

Sepeda motor buatan Hildebrand und Wolfmüller itu belum menggunakan rantai, belum menggunakan persneling, belum menggunakan magnet, belum menggunakan aki (accu), belum menggunakan koil, dan belum menggunakan kabel-kabel listrik.
Sepeda motor itu menyandang mesin dua silinder horizontal yang menggunakan bahan bakar bensin atau nafta. Diperlukan waktu sekitar 20 menit untuk menghidupkan dan mestabilkan mesinnya.

Foto : Motor buatan Hildebrand und Wolfmüller milik John C Potter setelah direstorasi (1932).



Pada tahun 1932, sepeda motor ini ditemukan dalam keadaan rusak di garasi di kediaman John C Potter. Sepeda motor itu teronggok selama 40 tahun di pojokan garasi dalam keadaan tidak terawat dan berkarat.

Atas bantuan montir-montir marinir di Surabaya, sepeda motor milik John C Potter itu direstorasi (diperbaiki seperti semula) dan disimpan di kantor redaksi mingguan De Motor. Kemudian sepeda motor antik itu diboyong ke museum lalu lintas di Surabaya, yang kini tidak diketahui lagi di mana lokasinya.

Seiring dengan pertambahan jumlah mobil, jumlah sepeda motor pun terus bertambah. Lahirlah klub-klub touring sepeda motor, yang anggotanya adalah pengusaha perkebunan dan petinggi pabrik gula. Berbagai merek sepeda motor dijual di negeri ini, mulai dari Reading Standard, Excelsior, Harley Davidson, Indian, King Dick, Brough Superior, Henderson, sampai Norton. Merek-merek sepeda motor yang hadir di negeri ini dapat dilihat dari iklan-iklan sepeda motor yang dimuat di surat kabar pada kurun waktu dari tahun 1916 sampai 1926.


Foto : Peserta Motor Touring Club berfoto di Jalan Braga, Bandung (1914)

Lintas Jawa
Tidak mau kalah dengan pengendara mobil, pengendara sepeda motor pun berupaya membukukan rekor perjalanan lintas Jawa dari Batavia (Jakarta) sampai Soerabaja (Surabaya) yang berjarak sekitar 850 kilometer.


Foto : Frits Sluijmers dan Wim Wygchel berpose sejenak setelah tiba di Surabaya (1917)


Tanggal 7 Mei 1917, Gerrit de Raadt dengan mengendarai sepeda motor Reading Standard membukukan rekor perjalanan dari Jakarta ke Surabaya dalam waktu 20 jam dan 45 menit. Sepuluh hari setelahnya, 16 Mei 1917, Frits Sluijmers dan Wim Wygchel yang secara bergantian mengendarai sepeda motor Excelsior memperbaiki rekor yang dibukukan Gerrit de Raadt. Mereka mencatat waktu 20 jam dan 24 menit, dengan kecepatan rata-rata 42 kilometer per jam.

Rekor itu tidak bertahan lama. Sembilan hari sesudahnya, 24 Mei 1917, Goddy Younge dengan sepeda motor Harley Davidson membukukan rekor baru dengan catatan waktu 17 jam dan 37 menit, dengan kecepatan rata-rata 48 kilometer per jam.

Rekor itu sempat bertahan selama lima bulan sebelum dipecahkan oleh Barend ten Dam yang mengendarai sepeda motor Indian dalam waktu 15 jam dan 37 menit pada tanggal 18 September 1917, dengan kecepatan rata-rata 52 kilometer per jam.

Melihat rekornya dipecahkan oleh Barend ten Dam, enam hari sesudahnya, 24 September 1917, Goddy Younge yang berasal dari Semarang kembali mengukir rekor baru dengan catatan waktu 14 jam dan 11 menit, dan kecepatan sepeda motor Harley Davidson yang dikendarainya rata-rata 60 kilometer per jam.

Pada awal tahun 1960-an, mulai masuk pula skuter Vespa, yang disusul dengan skuter Lambretta pada akhir tahun 1960-an. Pada masa itu, masuk pula sepeda motor asal Jepang, Suzuki, Honda, Yamaha, dan belakangan juga Kawasaki.

Seiring dengan perjalanan waktu, sepeda motor asal Jepang mendominasi pasar sepeda motor di negeri ini. Urutan teratas ditempati oleh Honda, diikuti oleh Yamaha di tempat kedua dan Suzuki di tempat ketiga. (JL)

Artikel ini dimuat di harian Kompas, 16 Agustus 2008, halaman 41



Label:

Menempuh Perjalanan Jauh dengan Santai


Dengan dibukanya ruas Jalan Tol Cikampek, Perwakarta, Padalarang atau Cipularang, perjalanan dari Jakarta ke Bandung dapat dipersingkat menjadi 1 jam 30 menit. Kalau agak santai, perjalanan itu akan memakan waktu sekitar dua jam.

Namun, kapasitas mesin dari mobil yang digunakan untuk menempuh perjalanan dari Jakarta ke Bandung itu akan menentukan apakah waktu 1 jam 30 menit atau dua jam itu terasa lama atau singkat. Semakin besar kapasitas mesin mobil yang disandang, semakin terasa perjalanan berlangsung singkat.


Sebab, untuk menempuh perjalanan dari Jakarta ke Bandung melalui ruas Tol Cipularang dalam waktu 1 jam 30 menit, mobil perlu dipacu dengan kecepatan rata-rata 100 kilometer per jam.

Pada mobil yang menyandang mesin berkapasitas kecil (di bawah 2.500 cc) perlu sedikit usaha keras untuk mencapai kecepatan rata-rata 100 kilometer per jam. Akibatnya, orang yang berada di dalam mobil menjadi agak tegang karena merasa mobil dipacu dengan sangat cepat sehingga perjalanan selama 1 jam 30 menit terasa lama.

Pada mobil yang menyandang mesin berkapasitas besar (di atas 2.500 cc) kecepatan rata-rata 100 kilometer per jam dicapai tanpa usaha keras sehingga orang yang berada di dalamnya tidak merasa bahwa mobil itu melaju dengan cepat. Dengan demikian, perjalanan berlangsung dengan santai sehingga waktu 1 jam 30 menit berlalu tanpa terasa.

Keadaan yang sama dirasakan Kompas saat mengadakan perjalanan ke Bandung dengan mengendarai Toyota Alphard 2008 yang menyandang mesin berkapasitas 3.5 Liter (3.456 cc), 6 silinder dalam konfigurasi V (V6), double over-head camshaft (DOHC), yang dilengkapi variable valve timing with intelligent (VVT-i). Multi-purpose vehicle (MPV) yang dapat memuat tujuh orang dewasa dengan leluasa itu melaju mulus di ruas Jalan Tol Cikampek dan Jalan Tol Cipularang.



Suasana di dalam mobil terasa santai dan nyaman walaupun mobil tengah dipacu dengan kecepatan 120 kilometer per jam. Beberapa kali jarum spidometer sempat menyentuh angka 160 kilometer per jam. Akan tetapi, karena kecepatan dinaikkan secara halus dan perlahan, penumpang tidak sepenuhnya menyadari bahwa mobil tengah dipacu dengan kecepatan tinggi.

Mengingat tenaga maksimum sebesar 276 PK (paardekrachten, daya kuda) pada 6.200 putaran mesin per menit (rpm) dan torsi maksimum 344 Nm (Newton-meter) pada 4.700 rpm yang dihasilkan mesin dan disalurkan ke roda depan melalui persneling otomatik dengan enam tingkat kecepatan yang dilengkapi dengan teknologi tiptronic (six-speed sequential shiftmatic), dengan ringan melesatkan MPV berbobot 1.920 kilogram dari posisi berhenti sampai mencapai kecepatan 100 kilometer per jam.

Kehadiran teknologi tiptronic memungkinkan Toyota Alphard dikendarai seperti mobil sport, mengingat pengendara dimungkinkan untuk menaikkan dan menurunkan gigi persneling secara manual, dengan pace (irama) diinginkan.
Walaupun sosok Toyota Alphard termasuk bongsor, panjang 4,850 meter, lebar 1,840 meter, dan tinggi 1,890 meter, itu tidak membuat mobil tersebut sulit bermanuver. Bahkan, sebagai mobil yang bersosok besar, Alphard generasi kedua termasuk gesit atau lincah (agile). Apalagi, radius putarnya termasuk yang terbaik di kelasnya, 5,7 meter.

Hanya karena harus menyesuaikan kecepatan dengan mobil lain yang sama-sama berangkat dari Jakarta, kecepatan dipertahankan rata-rata 100 kilometer per jam.
Perjalanan ke Bandung

Setelah menyelesaikan sarapan di area peristirahatan di Kilometer 19, Bekasi Timur, Jawa Barat, Kompas segera memasuki Toyota Alphard berwarna white pearl crystal shine. Pedal rem pun diinjak, mesin dihidupkan dengan menekan tombol start stop engine. Setelah menyalakan penyejuk udara (AC) dan memasang DVD pertunjukan musik Jazz, tangkai persneling pun dipindahkan dari huruf P (parking) ke huruf D (drive) serta injakan kaki pada pedal rem diangkat dan dipindahkan ke pedal gas.

Mobil pun meluncur cepat meninggalkan areal peristirahatan dan menuju ke Bandung. Mobil, yang memasuki segmen MPV yang ditempati Mercedes Benz Vito, Volkswagen Caravelle, dan pendatang baru Hyundai H1, dengan mudah mengembangkan kecepatan sampai 140 kilometer per jam.




Tak terasa mobil telah mendekati Pintu Tol Pasteur. Setelah membayar tiket tol, mobil memasuki Kota Bandung. Perjalanan pun dilanjutkan ke Mountain View Golf Club, Resort Dago Pakar, Bandung. Pemandangan indah Kota Bandung di bawah menjadi hiburan tersendiri. Setelah makan siang di The Valley, perjalanan pun dilanjutkan ke gerai Cascade di Jalan RE Martadinata, yang dulu bernama Jalan Riau.
Perjalanan dilanjutkan kembali ke Jakarta. (JL)

Artikel ini dimuat di harian Kompas, 15 Agustus 2008, halaman 44

Label:

Kamis, 07 Agustus 2008

Fiat 500 dan Fiat 500 Abarth


Pekan lalu diluncurkan dua varian Fiat 500 Abarth yang diproduksi secara terbatas. Kedua varian Fiat 500 itu menggunakan simbol kalajengking yang merupakan simbol Abarth, salah satu perusahaan pembuat mobil sport Italia.
Varian pertama adalah Fiat 500 Abarth, muncul dengan mesin berkapasitas 1.4 Liter, Turbo T-Jet, yang menghasilkan tenaga maksimum 160 PK. Kedua, Fiat 500 Abarth standar yang menghasilkan tenaga maksimum 135 PK, sedangkan Fiat 500 Abarth yang menghasilkan tenaga maksimum 100 PK hanya diproduksi sebagai mobil kehormatan bagi Ferrari.


Untuk varian yang pertama, yang diberi nama Edisi Pembuka, torsi yang dihasilkan lumayan besar, 230 Nm pada 3.000 rpm. Itu berkat turbocharger IHI RHF3 yang sanggup melesatkan mobil itu dari 0 hingga 100 kilometer per jam dalam waktu 7,4 detik. Suatu catatan waktu yang signifikan buat mobil yang menyandang mesin 1.4 Liter.



Kedua varian yang dibuat secara terbatas itu menawarkan rem cakram (disc brake) berventilasi, bodi yang direndahkan, velg alloy dan titanium berukuran 17 inci yang diberi warna putih, serta interior yang didominasi kulit tulen dan setir yang dibalut kulit berwarna merah.

Dan, itu belum semua karena kedua mobil keluaran Abarth itu dilengkapi dengan electronic stability program, torque transfer control terbaru, interscope Hi-Fi sound system, sampai sistem navigasi terbaru.

Modifikasi
Sayangnya, mobil-mobil jenis itu tidak masuk ke Indonesia. Jangankan modifikasinya, mobil Fiat aslinya saja sudah lama tidak hadir lagi di pasar mobil baru Indonesia.




Padahal, Fiat termasuk salah satu di antara merek-merek mobil pertama yang masuk ke negeri ini. Fiat tercatat masuk ke Indonesia pada tahun 1907, melalui jalur perseorangan. Pada saat itu Fiat didatangkan oleh orang-orang Belanda yang bekerja di perkebunan dan orang-orang pribumi yang kaya, termasuk kalangan priayi.







Setelah itu berbagai macam tipe Fiat dipasarkan di negeri ini dan yang paling populer adalah Fiat 1100, yang dari tahun ke tahun sosoknya berubah-ubah. Tahun 1952 pemasaran Fiat di Indonesia dipegang oleh pengusaha nasional Hasjim Ning lewat Daha Motor.

Masuknya mobil Jepang pada tahun 1970-an membuat dominasi Fiat goyah. Secara perlahan-lahan dominasinya diambil alih oleh mobil-mobil keluaran Jepang, seperti Daihatsu, Honda, Mitsubishi, Nissan (dulu, Datsun), Suzuki, dan Toyota.

Pada tahun 1985 Daha Motor dikuasai Astra dan berganti nama menjadi Fiat Astra Motor. Namun, Fiat Astra Motor hanya bertahan dua tahun dan pada tahun 1987 kehadiran Fiat yang panjang itu berakhir. Pada tahun 1990-1994 sempat dimasukkan Fiat Uno yang memasuki segmen yang ditempati oleh Toyota Starlet, Daihatsu Charade, dan Suzuki Forsa. Fiat Uno terjual sebanyak 1.201 unit. Setelah itu, praktis tidak ada lagi mobil Fiat baru di sini.

Beberapa tahun lalu, sempat terdengar kabar bahwa mobil-mobil bermerek Fiat akan dimasukkan kembali ke Indonesia, tetapi sampai sekarang hal itu tidak kunjung menjadi kenyataan.(JL)



Label:

XTrail dengan Persneling Baru


Tanggal 1 Agustus 2008. Pagi itu jam menunjukkan waktu pukul 07.20. Di pelataran parkir McDonald’s, Pondok Indah, terparkir satu unit Nissan XTrail 2.5 Baru. Walaupun mobil adalah XTrail model terbaru, selintas mobil itu terlihat mirip dengan pendahulunya. Jika diperhatikan dengan saksama, barulah terlihat bahwa XTrail baru itu mengalami perubahan di sana-sini.
Itu adalah unit yang akan diuji coba untuk melakukan perjalanan dari Jakarta ke Bandung. Agak terlambat memang, tetapi karena ketiadaan waktu, mobil yang diluncurkan di Indonesia International Motor Show 2008, 11 Juli, itu baru sempat diuji coba hari Jumat lalu.


Pukul 08.30, perjalanan ke Bandung dimulai. XTrail baru menggunakan smart key. Untuk menghidupkan mesin, pengendara tinggal memutar tombol di tempat yang biasanya digunakan untuk memasukkan kunci kontak. Sama seperti pendahulunya, XTrail 2.5 Baru pun hanya menggunakan persneling otomatik.

Namun, berbeda dengan XTrail pendahulunya yang menggunakan persneling otomatik konvensional, XTrail Baru menggunakan continuously variable automatic transmission (CVT), yang dilengkapi dengan tiptronic yang di Nissan diberi nama M-Mode. Dengan M-Mode, pengendara dimungkinkan untuk menaikkan atau menurunkan gigi persneling secara manual.
CVT menjamin akselerasi berlangsung tanpa entakan. Setelah menginjak pedal rem dan memindahkan tangkai persneling dari huruf P (parking) ke huruf D (drive), mobil pun meluncur meninggalkan pelataran parkir McDonald’s, Pondok Indah. Tak sampai 5 menit, mobil memasuki Gerbang Tol Pondok Indah. Setelah membayar tiket tol sebesar Rp 6.000, mobil pun dipacu cepat. Karena lalu lintas di jalan tol lengang, tanpa banyak kesulitan, mobil dipacu sampai 140 kilometer per jam.

Terasa bahwa mesin berkapasitas 2.5 Liter (2.488 cc), 4 silinder segaris, 16 katup (4 katup per silinder), double over-head camshaft (DOHC), yang dilengkapi dengan continuously variable valve timing control (CVTC) dan electronic concentrated engine control system (ECCS), itu menyimpan tenaga yang sangat besar, yang siap disalurkan ke roda depan.

Indikator bensin menunjukkan angka di bawah seperempat. Itu sebabnya diputuskan untuk mengisi bensin di area peristirahatan Kilometer 19 di Bekasi Timur, Jawa Barat. Apalagi kebetulan teman yang akan bergabung dalam uji coba Nissan XTrail itu menunggu di kios kopi Starbucks yang berlokasi di sana. Bahan bakar yang digunakan XTrail 2.5 Baru adalah premium mengingat rasio kompresi mesin yang disandangnya hanya 1 : 9,6. Setelah tangki bensin yang berkapasitas 65 liter terisi penuh, perjalanan ke Bandung pun dimulai.

Akselerasi berlangsung dengan halus. Tidak terasa, jarum spidometer telah menunjukkan angka 110 kilometer per jam. Ingin rasanya memacu kecepatan lebih tinggi, tetapi itu tidak mungkin dilakukan karena lalu lintas di Tol Cikampek pagi itu sangat padat.

Namun, jangan khawatir, jika Anda menginginkan pengendaraan yang lebih macho atau Anda memerlukan engine brake saat melaju di turunan, Anda tinggal mengoperasikan M-Mode dengan menggeser tangkai persneling yang berada di huruf D ke kanan untuk mengoperasikan persneling secara manual. Begitu tangkai persneling digeser ke kanan, angka gigi persneling yang sedang digunakan muncul pada indikator panel meter dan Anda tinggal menurunkan gigi persneling untuk berakselerasi secara keras.

Berbeda dengan saat tangkai persneling berada di huruf D, di mana akselerasi berlangsung dengan halus, pada saat M-Mode dioperasikan, pergantian gigi persneling diikuti dengan entakan, yang menimbulkan sensasi tersendiri.

Begitu mobil membelok ke kiri memasuki Tol Cipularang di wilayah Sadang, kecepatan mobil dapat dipacu lebih tinggi karena jalan kosong. Angka 164 kilometer per jam pun sempat disentuh. Alasan keamanan yang membuat mobil dijalankan pada kecepatan rata-rata 100 kilometer per jam.


Mobil yang menyandang mesin yang menghasilkan tenaga maksimum 125 kW pada 6.000 rpm dan torsi maksimum 226 Nm pada 4.400 rpm itu dilengkapi dengan antilock brake system (ABS), electronic brake-force distribution (EBD), dan brake assist (BA), serta rem cakram berventilasi pada roda depan dan belakang.

Pengendalian XTrail 2.5 Baru cukup baik walaupun pada beberapa bagian Tol Cipularang permukaannya bergelombang. Suspensi mobil itu pun cukup baik berkat penggunaan McPherson strut di depan dan multi-link strut di belakang.
Keluar dari pintu Tol Pasteur, Bandung, mobil membelok ke kiri sebelum lampu lalu lintas (traffic light) menuju ke arah The Ranch, Lembang.

Walaupun lalu lintas cukup padat, XTrail 2.5 Baru tidak mengalami kesulitan dalam mengatasinya. Apalagi penggunaan persneling otomatik membuat kaki tidak pegal karena harus menginjak dan melepas pedal kopling.

Dari sana perjalanan dilanjutkan ke Kampung Daun dan akhirnya berhenti di restoran The Peak untuk makan siang dan bersantai. Namun, karena keterbatasan waktu, pukul 14.00, mobil kembali ke Jakarta.(JL)

Artikel ini dimuat di harian Kompas, 8 Agustus 2008, halaman 38

Label:

Jumat, 01 Agustus 2008

Pendaftaran Marlboro Red Racing Moto X2 Berakhir


Pendaftaran untuk mengikuti program Marlboro Red Racing Moto X2 berakhir pada 31 Juli kemarin. Dengan demikian, bagi yang belum mendaftar, impian untuk merasakan menaiki sepeda motor balap dengan kecepatan 300 kilometer per jam dengan sendirinya juga berakhir.

Bagi yang sudah mendaftar di www.marlboro2.com tinggal menunggu apakah akan terpilih sebagai 60 peserta yang mengikuti proses seleksi tahap akhir yang akan digelar di Sirkuit Sentul, Jawa Barat, 30 Agustus mendatang. Dari proses seleksi
itu akan dipilih lima pemenang untuk mengikuti Marlboro Red Racing Riding Moto X2 Experience di Sepang, Malaysia. Hingga pekan lalu tercatat
5.000 orang yang telah mendaftar.


Selama proses seleksi final di Sirkuit Sentul akan ada dua aktivitas. Pertama, Marlboro Red Racing Ducati Riding School, yang merupakan pelatihan teori dan praktik mengendarai Ducati yang diberikan langsung oleh instruktur internasional dari Ducati Italia. Kedua, Marlboro Red Racing Superbike 1098s Two Seater Experience, yakni pengalaman dibonceng di atas sepeda motor Ducati Superbike 1098s Two Seater dengan kecepatan tinggi.

Marlboro Red Racing Moto X2 adalah kegiatan yang memungkinkan pencinta otomotif menikmati sensasi melaju dengan kecepatan sangat tinggi di atas Marlboro Ducati X2. Moto X2 adalah sebuah sepeda motor berbasis Ducati Desmosedici, yakni tipe motorsport Ducati yang sama dengan yang digunakan Casey Stoner, pembalap Ducati Team yang menjadi juara dunia MotoGP 2007. Bedanya, Moto X2 dimodifikasi khusus hingga dapat digunakan berboncengan. Itu sebabnya juga disebut dengan nama MotoGP Two Seater.

Lima pemenang yang terpilih untuk mengikuti program Marlboro Red Racing Moto X2 akan mendapatkan kesempatan dibonceng sebanyak dua lap (putaran) di atas Ducati Moto X2 oleh pembalap legendaris GP500, Randy Mamola. Program itu akan digelar bersamaan dengan seri balap MotoGP pada bulan Oktober mendatang di Sirkuit Sepang, Malaysia.
Bukan itu saja, para pemenang juga diberikan akses khusus untuk dapat mengunjungi paddock tim Marlboro Ducati, sekaligus bertemu muka dengan Marco Melandri dan Casey Stoner. Selain itu, mereka juga dapat menyaksikan langsung MotoGP Sepang 2008 melalui pit wall.

Sebelumnya, tanggal 20 Juni-20 Juli lalu, Marlboro yang didukung oleh Ducati Indonesia mengadakan seminar setengah hari yang berjudul ”Full Action Full Speed” di enam kota besar, yakni Jakarta, Medan, Denpasar, Pekanbaru, Surabaya, dan Bandung.(JL)

Artikel ini dimuat di harian Kompas, 1 Agustus 2008, halaman 44



Label:

A5 Coupe 3.0 TDI, Coupe Baru dari Audi


Tawaran untuk mencoba jalan Audi A5 Coupe 3.0 TDI sulit dilewatkan begitu saja. Mengingat Audi A5 Coupe 3.0 TDI yang pertama kali diperkenalkan di Jerman pada Oktober 2007 itu adalah unit diproduksi untuk pasar Jerman dan khusus didatangkan untuk dipajang di Indonesia International Motor Show 2008. Itu sebabnya, jangan heran jika setir mobil itu ditempatkan di bagian kiri (setir kiri).


Model setir kanannya baru akan dipasarkan di Indonesia pada November mendatang. Buruknya kualitas bahan bakar solar di Indonesia menjadikan PT Garuda Mataram Motor hanya akan memasarkan model yang menggunakan bahan bakar bensin, yakni Audi A5 3.2 FSI.

Audi A5 3.0 Coupe TDI menyandang mesin diesel berkapasitas 3.0 Liter (2.967 cc), 6 silinder dalam konfigurasi V (V6), serta menggunakan persneling manual dengan 6 tingkat kecepatan dan dilengkapi dengan penggerak empat roda, yang pada Audi dikenal dengan nama quattro.

Untuk membuka pintu mobil menggunakan Smart Key. Mesin dihidupkan dengan menekan tombol on off engine dan menginjak pedal kopling. Jika tidak mendengarkan dengan saksama, orang tidak akan menyadari bahwa mobil itu menyandang mesin diesel.



Audi A5 berukuran panjang 4,625 meter, lebar 1,854 meter, dan tinggi 1,372 meter. Audi A5, yang dimensinya berada antara A4 dan A6 itu asyik dikendarai karena mobil itu adalah model ”biasa” pertama yang digarap dengan berorientasi pada pengendara (driver oriented). Jarak as roda depan dan belakang (wheelbase) yang diperpanjang menjadi 2,751 meter membuat pengendaraan A5 menjadi lebih stabil.

Untuk menyempurnakan suspensi, di depan di pasang five-link affair untuk pengendalian dan pengendaraan yang lebih baik, dan ditempatkan langsung pada sub frame. Setir pun telah didesain ulang untuk meningkatkan rasa dan respons. Dan, itu mendukung tenaga maksimum sebesar 237 PK yang dihasilkan mesin pada 4.000 putaran mesin per menit (rpm) dan torsi maksimum 500 Nm pada 1.500 rpm.

Tidak berlebihan jika menyebut Audi A5 3.0 TDI sebagai sebuah roket di darat. Walaupun akselerasi dari 0-100 kilometer per jam 6,5 detik, biasa untuk mobil-mobil sekelasnya, daya lontarnya terasa sangat besar. Hingga sewaktu dipacu mendadak, bagian depan mobil terasa mengangkat. Tidak terasa jarum spidometer menunjukkan angka 110 kilometer per jam.



Mobil itu juga asyik digunakan meluncur dalam kecepatan rendah, sambil melihat rumah-rumah di perumahan Pantai Indah Kapuk, dengan mesin di bawah 1.500 rpm. Dan, Audi A5 bisa dikatakan cukup gesit untuk mobil yang memiliki bodi seukuran itu.

Dengan panjang 4,63 meter, Audi A5 tetap asyik dikendarai dan bermanuver. Bahkan, ketika harus memutar di jalan yang terlalu lebar pun, hal itu dapat dilakukan dengan mudah. Semua sudut di sekeliling mobil dapat dimonitor dengan baik dari kursi pengemudi dengan bantuan kaca spion tentunya. Dan, ditambah dengan sensor parkir di belakang, membuat parkir paralel dan parkir mundur menjadi mudah.

Interior Audi A5 bisa dikatakan mewah, dengan didominasi kulit berkualitas. Kursi-kursi dirancang sedemikian rupa sehingga badan terasa melekat erat di kursi. Sebagai coupe (mobil berpintu dua), kabin Audi A5 3.0 TDI cukup lapang untuk memuat empat orang dewasa.

Konsumsi bahan bakar solarnya lumayan hemat. Dengan 1 liter solar, Audi A5 3.0 TDI secara rata-rata dapat melakukan perjalanan sejauh hampir 14 kilometer. Itu suatu pencapaian yang lumayan bagus, bahkan bila dibandingkan dengan mobil berbahan bakar solar yang kapasitas mesinnya lebih kecil.(JL)

Artikel ini dimuat di harian Kompas, 1 Agustus 2008, halaman 44

Label: