Ancaman dari Utara
Calon Presiden 02, Prabowo Subianto, dalam acara debat ke-4 Calon
Presiden berulang kali mengatakan, militer kita lemah. Sebagai tolok ukur,
Prabowo Subianto menghubungkannya dengan anggaran yang dialokasikan untuk
pertahanan. Padahal, militer kuat atau lemah itu biasanya dikaitkan dengan
persepsi atau potensi ancaman.
Mungkin Prabowo selalu mempersepsikan bahwa militer yang kuat,
itu terkait dengan besaran atau jumlah. Dugaan itu muncul karena pada saat
menjabat sebagai Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Prabowo Subianto,
ia berniat mengembangkan Kopassus menjadi sebuah divisi. Padahal yang namanya pasukan
khusus, di mana-mana itu jumlahnya kecil, atau tepatnya, terbatas, karena anggota
merupakan yang terbaik dari yang terbaik, the
best of the best.
Di masa lalu, ancaman terhadap keamanan Indonesia dipersepsikan
datang dari utara. Itu karena ancaman terhadap wilayah ini selalu datang dari
utara. Mulai dari Indonesia belum terbentuk, dari Belanda dan kemudian Jepang,
kemudian di masa Orde Baru dari China yang komunis. Namun, setelah Perang
Dingin berakhir, walaupun ancaman bagi Indonesia masih dipersepsikan datang
dari utara, tetapi negaranya sudah tidak jelas lagi.
Pada masa sekarang ini, tidak ada satu pun negara di utara
Indonesia yang dianggap berpotensi untuk menyerang Indonesia. Indonesia memang masih memiliki sengketa batas wilayah dengan negara lain, tetapi semua negara itu
bersahabat dengan Indonesia, seperti Singapura, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.
Dengan demikian, sengketa wilayah itu diselesaikan secara damai melalui meja
perundingan.
Namun, ketiadaan musuh, tidak berarti Indonesia tidak
memerlukan militer. Persoalannya, berapa besar militer itu akan dibangun. Sebab
ada ungkapan dalam bahasa Latin yang menyatakan, ”Si vis pacem, para bellum (Jika mendambakan perdamaian,
bersiap-siaplah menghadapi perang).” Itu sebabnya, Swiss dan Swedia, negara
netral pada Perang Dunia II dan Perang Dingin memiliki militer yang andal.
Meskipun mungkin lemah apabila dibandingkan dengan militer-militer negara Eropa lain.
Pada tanggal 12 November 1988, beberapa hari setelah pensiun dari militer,
Menteri Pertahanan dan Keamanan L.B. Moerdani diundang untuk berbicara di depan
perwira-perwira menengah Angkatan Bersenjata Singapura di Temasek Club, Singapura. Usai Jenderal (Purn) L.B. Moerdani menyelesaikan ceramahnya
tentang The Strategic Situation in the Pacific Region—The Challenges We Face, seorang
kolonel berkata, ”Sama seperti Singapura, Indonesia pun mempersepsikan ancaman
dari utara. Yang saya ingin tanyakan, apa yang akan dilakukan Indonesia, jika
ancaman itu datang dari selatan.” Bukannya menjawab bahwa di selatan Indonesia
hanya ada Australia dan Selandia Baru, yang merupakan negara yang bersahabat.
L.B. Moerdani secara berseloroh mengatakan, ”Dengar baik-baik, jika Indonesia
mendapatkan serangan dari selatan, maka hal pertama yang akan saya lakukan
adalah menduduki Singapura, dan saya akan menyerang ke selatan dengan
menggunakan persenjataan dan fasilitas militer Singapura. Lumayan kan pilot-pilot
Indonesia dapat menggunakan pesawat-pesawat tempur F-16 Fighting Falcon Singapura
yang jumlahnya lebih banyak.” Seloroh itu disambut perwira-perwira menengah Singapura
dengan standing ovation, tepuk tangan
sambil berdiri.
Akhir-akhir ini, ancaman bagi keamanan Indonesia bukan lagi
serangan dari negara lain, akan tetapi terutama menghadapi serangan teroris di dalam
negeri. Oleh karena itu diperlukan satuan-satuan pemukul militer kecil yang andal dan tangguh
sehingga mudah dipindah-pindah dari satu
tempat ke tempat yang lain sesuai dengan keperluan. Perlengkapannya pun modern
dan mobile, bisa dibawa ke mana-mana.
Selain itu, karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang bagian terbesar wilayahnya
terdiri dari perairan, memiliki kekuatan laut yang kuat menjadi keharusan untuk
mengamankan perairannya. Pengembangan kekuatan itu tidak perlu serta merta atau sekaligus,
tetapi didasarkan pada prioritas dan disesuaikan dengan anggaran tersedia.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda