Senin, 17 September 2018

Peliharalah Pendukung yang Sejati

Sebagai petahana, Presiden Joko Widodo seharusnya tidak perlu bersikap reaktif dengan merekrut orang-orang untuk membela posisinya yang secara terus-menerus diserang oleh orang-orang yang tidak suka kepadanya. Itu sama sekali tidak ada gunanya. Sejarah mencatat bahwa tidak pernah ada satu orang pun, bahkan satu manusia pun, di Bumi yang dapat membuat dirinya disukai, atau disayang oleh semua orang. Selalu akan ada orang-orang tidak suka, yang secara terus-menerus bersikap memusuhi.
Oleh karena itu daripada fokus kepada orang-orang yang bersikap memusuhinya, lebih baik Presiden Jokowi fokus kepada orang-orang yang suka kepadanya. Ia tidak boleh melupakan orang-orang yang pada pemilihan presiden pada tahun 2014, membuat dia mengungguli pesaingnya, Prabowo Subianto. Selain fokus pada orang-orang yang memilihnya pada pemilihan presiden pada tahun 2014, ia juga fokus pada pemilih baru.
Kita tahu bahwa tahun 2014, Jokowi didukung oleh kalangan nasionalis. Untuk pemilihan presiden pada tahun 2019, Presiden Jokowi memilih Mar’uf Amin dari kalangan agama sebagai calon Wakil Presiden. Tentu Jokowi dan orang-orang pintar di sekitar dia mempunyai ”hitung-hitungan” tersendiri, tidak ada yang meragukannya. Namun, Presiden Jokowi tidak boleh melupakan, bahwa ia berpotensi ditinggalkan oleh kalangan nasionalis jika ia tidak berhati-hati.
Presiden Jokowi mungkin perlu mengingat kepada hukum Archimedes. Secara sederhana hukum Archimedes menyatakan, jika kita memasukkan suatu benda ke dalam sebuah bak yang dipenuhi air, maka air dari dalam bak tersebut akan terdesak keluar, sebanyak volume dari benda yang dimasukkan ke dalam bak air itu.  
Itu sebabnya, Presiden Jokowi harus menggarap ”air yang terdesak keluar dari bak itu”. Bagaimanapun orang-orang yang terdesak keluar itu adalah sebagian dari orang-orang yang mendukung Jokowi pada saat baru memberi ”janji”. Ingatlah peribahasa, Harapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan.”
Selama empat tahun pemerintahnya, Presiden Jokowi telah berbuat amat banyak bagi Indonesia. Akan tetapi, tidak sedikit orang yang tetap bersikap memusuhinya. Bagi orang yang merasa sudah berbuat yang terbaik bagi Indonesia, tentunya Presiden Jokowi ”merasa terganggu”, ”bagai berjalan dengan kerikil di dalam sepatu.” Oleh karena itu bisa dimengerti jika Presiden Jokowi ingin ”mendekati” orang-orang yang ”memusuhinya”.
Dan, seperti telah dikemukakan di awal tulisan ini bahwa tidak mungkin ada orang yang dapat membuat dirinya disukai semua orang. Oleh karena itu sebaiknya Presiden Jokowi tidak mencoba melakukan itu, ”itu hanyalah kesia-siaan”. Yang terbaik, peliharalah pendukung sejatimu, dan rangkullah pemilih-pemilih baru. 

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda