Peliharalah Pendukung yang Sejati
Sebagai petahana, Presiden Joko Widodo seharusnya
tidak perlu bersikap reaktif dengan merekrut orang-orang untuk membela
posisinya yang secara terus-menerus diserang oleh orang-orang yang tidak suka
kepadanya. Itu sama sekali tidak ada gunanya. Sejarah mencatat bahwa tidak
pernah ada satu orang pun, bahkan satu manusia pun, di Bumi yang dapat membuat
dirinya disukai, atau disayang oleh semua orang. Selalu akan ada orang-orang
tidak suka, yang secara terus-menerus bersikap memusuhi.
Oleh karena itu daripada fokus kepada orang-orang yang
bersikap memusuhinya, lebih baik Presiden Jokowi fokus kepada orang-orang yang
suka kepadanya. Ia tidak boleh melupakan orang-orang yang pada pemilihan
presiden pada tahun 2014, membuat dia mengungguli pesaingnya, Prabowo Subianto.
Selain fokus pada orang-orang yang memilihnya pada pemilihan presiden pada
tahun 2014, ia juga fokus pada pemilih baru.
Kita tahu bahwa tahun 2014, Jokowi didukung oleh
kalangan nasionalis. Untuk pemilihan presiden pada tahun 2019, Presiden Jokowi
memilih Mar’uf Amin dari kalangan agama sebagai calon Wakil Presiden. Tentu
Jokowi dan orang-orang pintar di sekitar dia mempunyai ”hitung-hitungan”
tersendiri, tidak ada yang meragukannya. Namun, Presiden Jokowi tidak boleh
melupakan, bahwa ia berpotensi ditinggalkan oleh kalangan nasionalis jika ia
tidak berhati-hati.
Presiden Jokowi mungkin perlu mengingat kepada hukum
Archimedes. Secara sederhana hukum Archimedes menyatakan, jika kita memasukkan
suatu benda ke dalam sebuah bak yang dipenuhi air, maka air dari dalam bak
tersebut akan terdesak keluar, sebanyak volume dari benda yang dimasukkan ke
dalam bak air itu.
Itu sebabnya, Presiden Jokowi harus menggarap ”air
yang terdesak keluar dari bak itu”. Bagaimanapun orang-orang yang terdesak
keluar itu adalah sebagian dari orang-orang yang mendukung Jokowi pada saat
baru memberi ”janji”. Ingatlah peribahasa, Harapkan burung terbang tinggi,
punai di tangan dilepaskan.”
Selama empat tahun pemerintahnya, Presiden Jokowi telah
berbuat amat banyak bagi Indonesia. Akan tetapi, tidak sedikit orang yang tetap
bersikap memusuhinya. Bagi orang yang merasa sudah berbuat yang terbaik bagi
Indonesia, tentunya Presiden Jokowi ”merasa terganggu”, ”bagai berjalan dengan
kerikil di dalam sepatu.” Oleh karena itu bisa dimengerti jika Presiden Jokowi
ingin ”mendekati” orang-orang yang ”memusuhinya”.
Dan, seperti telah dikemukakan di awal tulisan ini
bahwa tidak mungkin ada orang yang dapat membuat dirinya disukai semua orang.
Oleh karena itu sebaiknya Presiden Jokowi tidak mencoba melakukan itu, ”itu
hanyalah kesia-siaan”. Yang terbaik, peliharalah pendukung sejatimu, dan
rangkullah pemilih-pemilih baru.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda