Jumat, 29 Maret 2019

"Take for Granted"


Dalam kehidupan sehari-hari kita biasa mendengar istilah dalam bahasa Inggris, take for granted. Istilah take for granted dapat diartikan, menganggap bahwa sesuatu itu selalu ada. Misalnya soal cinta atau kepercayaan. Padahal itu perlu diperlihara.
Harian Kompas yang pertama kali terbit pada tanggal 28 Juni 1965. Melalui kerja keras dan integritas pendiri dan wartawannya, harian Kompas berhasil menempatkan diri sebagai salah satu suratkabar yang kredibel (dapat dipercaya), independen, dan netral. Selama lebih dari 50 tahun, harian Kompas tetap mempertahankan reputasinya sebagai suratkabar yang kredibel, independen, dan netral.
Reputasi itu diperoleh lewat isi suratkabar yang senantiasa menyapa pembacanya setiap pagi, kecuali pada tanggal merah di kalender, atau hari libur resmi yang ditetapkan oleh pemerintah. Dan, selama ini, harian Kompas menganggap reputasinya sebagai suratkabar yang kredibel, independen, dan netral itu sebagai sesuatu yang selalu ada, take for granted.
Harian Kompas abai karena menganggap bahwa reputasinya sebagai suratkabar yang kredibel, independen, dan netral itu selalu ada. Padahal, dunia, terutama dunia informasi sudah berubah total. Perkembangan jejaring internet dalam beberapa tahun terakhir demikian pesat sehingga memunculkan berbagai ragam media online dan media sosial. Cara orang memperoleh informasi berbeda, dan cara orang berkomunikasi pun berbeda. Akibatnya, cara memelihara reputasi harian Kompas sebagai suratkabar yang kredibel, independen, dan netral dengan menyapa pembacanya lewat isi suratkabar setiap pagi tampaknya tidak lagi cukup.
Sehingga ketika harian Kompas ”diserang” sebagai memihak calon Presiden 02, Prabowo Subianto. Tidak sedikit pembaca setia harian Kompas yang tiba-tiba seperti disadarkan, dan mulai bertanya-tanya, benarkah hari Kompas masih merupakan suratkabar yang kredibel, independen, dan netral? Banyak pembaca yang secara informal menghubungi wartawan Kompas yang dikenalnya dan meminta penjelasan.
Harian Kompas pun menempuh berbagai upaya dan cara untuk menegaskan kepada para pembacanya bahwa harian Kompas tetap seperti yang dulu, tidak perubahan.   
Kasus yang baru-baru ini dihadapi harian Kompas memperlihatkan bahwa reputasi sebagai suratkabar yang kredibel, independen, dan netral bukanlah sesuatu yang selalu ada, take for granted. Isi suratkabar saja tidaklah cukup, pergerakan jajaran staf redaksinya pun harus selalu dikaitkan dengan reputasinya. Harian Kompas pun perlu memanfaatkan semua saluran yang dimilikinya untuk mengingatkan pembacanya bahwa harian Kompas menjunjung tinggi kredibilitas, independensi, dan netralitas yang dianutnya selama 50 tahun lebih.
Di harian Kompas, keputusan selalu diambil secara tim, secara kolektif. Siapapun yang memimpin redaksi, tidak dapat memutuskan segala sesuatunya sendiri. Segala keputusan diambil secara tim. Dan, itu adalah suatu yang telah dipraktikkan harian Kompas sejak lama.
Dengan adanya perubahan dari cara orang memperoleh informasi, dan cara orang berkomunikasi, harian Kompas pun pun perlu memikirkan cara-cara baru dalam berkomunikasi dengan pembacanya. Tujuannya agar reputasi yang telah dipertahankan selama lebih dari 50 tahun itu tetap terjaga.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda