"Take for Granted"
Dalam kehidupan
sehari-hari kita biasa mendengar istilah dalam bahasa Inggris, take for granted. Istilah take for granted dapat diartikan,
menganggap bahwa sesuatu itu selalu ada. Misalnya soal cinta atau kepercayaan. Padahal itu perlu diperlihara.
Harian Kompas yang pertama kali terbit pada
tanggal 28 Juni 1965. Melalui kerja keras dan integritas pendiri dan
wartawannya, harian Kompas berhasil
menempatkan diri sebagai salah satu suratkabar yang kredibel (dapat dipercaya),
independen, dan netral. Selama lebih dari 50 tahun, harian Kompas tetap mempertahankan reputasinya sebagai suratkabar yang kredibel,
independen, dan netral.
Reputasi itu
diperoleh lewat isi suratkabar yang senantiasa menyapa pembacanya setiap pagi,
kecuali pada tanggal merah di kalender, atau hari libur resmi yang ditetapkan oleh
pemerintah. Dan, selama ini, harian Kompas
menganggap reputasinya sebagai suratkabar yang kredibel, independen, dan netral
itu sebagai sesuatu yang selalu ada, take
for granted.
Harian Kompas abai karena menganggap bahwa
reputasinya sebagai suratkabar yang kredibel, independen, dan netral itu selalu
ada. Padahal, dunia, terutama dunia informasi sudah berubah total. Perkembangan
jejaring internet dalam beberapa tahun terakhir demikian pesat sehingga memunculkan
berbagai ragam media online dan media
sosial. Cara orang memperoleh informasi berbeda, dan cara orang berkomunikasi
pun berbeda. Akibatnya, cara memelihara reputasi harian Kompas sebagai suratkabar yang kredibel, independen, dan netral
dengan menyapa pembacanya lewat isi suratkabar setiap pagi tampaknya tidak lagi
cukup.
Sehingga ketika harian
Kompas ”diserang” sebagai memihak
calon Presiden 02, Prabowo Subianto. Tidak sedikit pembaca setia harian Kompas yang tiba-tiba seperti
disadarkan, dan mulai bertanya-tanya, benarkah hari Kompas masih merupakan
suratkabar yang kredibel, independen, dan netral? Banyak pembaca yang secara
informal menghubungi wartawan Kompas
yang dikenalnya dan meminta penjelasan.
Harian Kompas pun menempuh berbagai upaya dan
cara untuk menegaskan kepada para pembacanya bahwa harian Kompas tetap seperti
yang dulu, tidak perubahan.
Kasus yang
baru-baru ini dihadapi harian Kompas memperlihatkan bahwa reputasi sebagai suratkabar
yang kredibel, independen, dan netral bukanlah sesuatu yang selalu ada, take for granted. Isi suratkabar saja
tidaklah cukup, pergerakan jajaran staf redaksinya pun harus selalu dikaitkan
dengan reputasinya. Harian Kompas pun
perlu memanfaatkan semua saluran yang dimilikinya untuk mengingatkan pembacanya
bahwa harian Kompas menjunjung tinggi
kredibilitas, independensi, dan netralitas yang dianutnya selama 50 tahun
lebih.
Di harian Kompas, keputusan selalu diambil secara
tim, secara kolektif. Siapapun yang memimpin redaksi, tidak dapat memutuskan
segala sesuatunya sendiri. Segala keputusan diambil secara tim. Dan, itu adalah
suatu yang telah dipraktikkan harian Kompas sejak lama.
Dengan adanya perubahan
dari cara orang memperoleh informasi, dan cara orang berkomunikasi, harian Kompas pun pun perlu memikirkan cara-cara
baru dalam berkomunikasi dengan pembacanya. Tujuannya agar reputasi yang telah
dipertahankan selama lebih dari 50 tahun itu tetap terjaga.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda