"Vox Populi, Vox Dei"
Dalam sistem
demokrasi, kita mengenal ungkapan dalam bahasa Latin, Vox populi, vox Dei, yang terjemahannya adalah suara rakyat adalah
suara Tuhan. Ungkapan itu menjadi kenyataan setiap kali diadakan pemilihan
Presiden yang di Indonesia berlangsung 5 tahun sekali.
Ungkapan itu
tidak mengada-ada. Pada setiap kali pemilihan Presiden dilangsungkan, suara
rakyatlah yang menentukan siapa di antara calon Presiden akan keluar sebagai
pemenang, dan memerintah untuk 5 tahun mendatang. Dengan kata lain, di dalam
pemilihan Presiden, suara rakyat seperti sama saktinya dengan suara Tuhan.
Seorang
Presiden boleh saja menjadi orang yang paling berkuasa di negeri ini selama 5
tahun. Akan tetapi, pada saat ia mengajukan diri untuk menjadi calon Presiden
untuk periode 5 tahun yang kedua, ia tidak dapat menggunakan kekuasaannya untuk
memenangkan dirinya. Ia memerlukan suara rakyat untuk membuat dirinya keluar
sebagai pemenang.
Tidak heran,
jika kedua calon Presiden Indonesia untuk periode 2019-2014, berkampanye
habis-habisan untuk mendapatkan raihan suara rakyat yang terbanyak sehingga
terpilih sebagai Presiden.
Dalam
pemilihan Presiden yang akan berlangsung pada tanggal 17 April 2019, secara
teoretis Presiden Joko Widodo, yang akrab disapa Jokowi, memang berada dalam
”posisi yang lebih baik” daripada penantangnya, calon Presiden Prabowo Subianto.
Mengapa berada dalam ”posisi yang lebih baik”, karena calon Presiden Jokowi
sudah membuktikan diri dengan memerintah selama 5 tahun, dari tahun 2014-2019.
Hasil kerjanya nyata bukan sekadar janji. Berbeda dengan calon Presiden Prabowo
Subianto yang baru mengutarakan janji.
Akan tetapi,
apakah ”posisi yang lebih baik” akan memenangkan calon Presiden Jokowi, tidak
ada yang dapat mengetahuinya, apalagi memastikannya. Bisa iya, tetapi bisa juga
tidak. Kepastian itu baru didapat setelah pemilihan Presiden dilakukan, dan
jumlah suara dihitung.
Namun,
menunggu hingga jumlah suara selesai dihitung, dirasakan terlalu lama, untuk
itulah diadakanlah survei-survei untuk memperkirakan perolehan raihan suara dari
setiap calon Presiden. Dari sekian banyak survei yang ada, sebagian besar
memperlihatkan bahwa calon Presiden Jokowi, akan meraih suara yang lebih banyak
daripada yang diraih oleh calon Presiden Prabowo Subianto.
Akan tetapi, apakah
itu menjamin bahwa calon Presiden Jokowi akan menang? Sulit untuk menjawabnya.
Survei-survei itu memang menggunakan metodologi yang memungkinkan pembuat
survei memperkirakan raihan suara yang diraih masing-masing calon Presiden.
Dan, dalam beberapa kesempatan , perkiraan raihan suara itu memiliki tingkat
presisi yang mencengangkan.
Yang tidak
boleh dilupakan, survei-survei itu dilakukan pada suatu periode waktu tertentu.
Sebab itu, kerap kali disebutkan, jika pemilihan Presiden itu diadakan pada
saat survei-survei itu dilakukan maka hasil raihan suara akan serupa dengan
hasil survei-survei itu.
Calon
Presiden Jokowi berharap agar suasana pada saat pemilihan Presiden itu sama
dengan suasana pada saat survei-survei itu dilakukan sehingga ia akan keluar sebagai
pemenang. Sebaliknya, calon Presiden Prabowo Subianto berharap agar suasananya
berbeda sehingga ia yang akan keluar sebagai pemenang.
Itulah
indahnya demokrasi. Pada saat pemilihan Presiden, rakyatlah yang paling
berkuasa. Rakyatlah yang sepenuh menentukan siapa yang akan menjadi Presiden
untuk periode 2019-2024. Vox populi, vox Dei.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda