Menempuh Perjalanan Jauh dengan Santai
Dengan dibukanya ruas Jalan Tol Cikampek, Perwakarta, Padalarang atau Cipularang, perjalanan dari Jakarta ke Bandung dapat dipersingkat menjadi 1 jam 30 menit. Kalau agak santai, perjalanan itu akan memakan waktu sekitar dua jam.
Namun, kapasitas mesin dari mobil yang digunakan untuk menempuh perjalanan dari Jakarta ke Bandung itu akan menentukan apakah waktu 1 jam 30 menit atau dua jam itu terasa lama atau singkat. Semakin besar kapasitas mesin mobil yang disandang, semakin terasa perjalanan berlangsung singkat.
Sebab, untuk menempuh perjalanan dari Jakarta ke Bandung melalui ruas Tol Cipularang dalam waktu 1 jam 30 menit, mobil perlu dipacu dengan kecepatan rata-rata 100 kilometer per jam.
Pada mobil yang menyandang mesin berkapasitas kecil (di bawah 2.500 cc) perlu sedikit usaha keras untuk mencapai kecepatan rata-rata 100 kilometer per jam. Akibatnya, orang yang berada di dalam mobil menjadi agak tegang karena merasa mobil dipacu dengan sangat cepat sehingga perjalanan selama 1 jam 30 menit terasa lama.
Pada mobil yang menyandang mesin berkapasitas besar (di atas 2.500 cc) kecepatan rata-rata 100 kilometer per jam dicapai tanpa usaha keras sehingga orang yang berada di dalamnya tidak merasa bahwa mobil itu melaju dengan cepat. Dengan demikian, perjalanan berlangsung dengan santai sehingga waktu 1 jam 30 menit berlalu tanpa terasa.
Keadaan yang sama dirasakan Kompas saat mengadakan perjalanan ke Bandung dengan mengendarai Toyota Alphard 2008 yang menyandang mesin berkapasitas 3.5 Liter (3.456 cc), 6 silinder dalam konfigurasi V (V6), double over-head camshaft (DOHC), yang dilengkapi variable valve timing with intelligent (VVT-i). Multi-purpose vehicle (MPV) yang dapat memuat tujuh orang dewasa dengan leluasa itu melaju mulus di ruas Jalan Tol Cikampek dan Jalan Tol Cipularang.
Suasana di dalam mobil terasa santai dan nyaman walaupun mobil tengah dipacu dengan kecepatan 120 kilometer per jam. Beberapa kali jarum spidometer sempat menyentuh angka 160 kilometer per jam. Akan tetapi, karena kecepatan dinaikkan secara halus dan perlahan, penumpang tidak sepenuhnya menyadari bahwa mobil tengah dipacu dengan kecepatan tinggi.
Mengingat tenaga maksimum sebesar 276 PK (paardekrachten, daya kuda) pada 6.200 putaran mesin per menit (rpm) dan torsi maksimum 344 Nm (Newton-meter) pada 4.700 rpm yang dihasilkan mesin dan disalurkan ke roda depan melalui persneling otomatik dengan enam tingkat kecepatan yang dilengkapi dengan teknologi tiptronic (six-speed sequential shiftmatic), dengan ringan melesatkan MPV berbobot 1.920 kilogram dari posisi berhenti sampai mencapai kecepatan 100 kilometer per jam.
Kehadiran teknologi tiptronic memungkinkan Toyota Alphard dikendarai seperti mobil sport, mengingat pengendara dimungkinkan untuk menaikkan dan menurunkan gigi persneling secara manual, dengan pace (irama) diinginkan.
Walaupun sosok Toyota Alphard termasuk bongsor, panjang 4,850 meter, lebar 1,840 meter, dan tinggi 1,890 meter, itu tidak membuat mobil tersebut sulit bermanuver. Bahkan, sebagai mobil yang bersosok besar, Alphard generasi kedua termasuk gesit atau lincah (agile). Apalagi, radius putarnya termasuk yang terbaik di kelasnya, 5,7 meter.
Hanya karena harus menyesuaikan kecepatan dengan mobil lain yang sama-sama berangkat dari Jakarta, kecepatan dipertahankan rata-rata 100 kilometer per jam.
Perjalanan ke Bandung
Setelah menyelesaikan sarapan di area peristirahatan di Kilometer 19, Bekasi Timur, Jawa Barat, Kompas segera memasuki Toyota Alphard berwarna white pearl crystal shine. Pedal rem pun diinjak, mesin dihidupkan dengan menekan tombol start stop engine. Setelah menyalakan penyejuk udara (AC) dan memasang DVD pertunjukan musik Jazz, tangkai persneling pun dipindahkan dari huruf P (parking) ke huruf D (drive) serta injakan kaki pada pedal rem diangkat dan dipindahkan ke pedal gas.
Mobil pun meluncur cepat meninggalkan areal peristirahatan dan menuju ke Bandung. Mobil, yang memasuki segmen MPV yang ditempati Mercedes Benz Vito, Volkswagen Caravelle, dan pendatang baru Hyundai H1, dengan mudah mengembangkan kecepatan sampai 140 kilometer per jam.
Tak terasa mobil telah mendekati Pintu Tol Pasteur. Setelah membayar tiket tol, mobil memasuki Kota Bandung. Perjalanan pun dilanjutkan ke Mountain View Golf Club, Resort Dago Pakar, Bandung. Pemandangan indah Kota Bandung di bawah menjadi hiburan tersendiri. Setelah makan siang di The Valley, perjalanan pun dilanjutkan ke gerai Cascade di Jalan RE Martadinata, yang dulu bernama Jalan Riau.
Perjalanan dilanjutkan kembali ke Jakarta. (JL)
Artikel ini dimuat di harian Kompas, 15 Agustus 2008, halaman 44
Namun, kapasitas mesin dari mobil yang digunakan untuk menempuh perjalanan dari Jakarta ke Bandung itu akan menentukan apakah waktu 1 jam 30 menit atau dua jam itu terasa lama atau singkat. Semakin besar kapasitas mesin mobil yang disandang, semakin terasa perjalanan berlangsung singkat.
Sebab, untuk menempuh perjalanan dari Jakarta ke Bandung melalui ruas Tol Cipularang dalam waktu 1 jam 30 menit, mobil perlu dipacu dengan kecepatan rata-rata 100 kilometer per jam.
Pada mobil yang menyandang mesin berkapasitas kecil (di bawah 2.500 cc) perlu sedikit usaha keras untuk mencapai kecepatan rata-rata 100 kilometer per jam. Akibatnya, orang yang berada di dalam mobil menjadi agak tegang karena merasa mobil dipacu dengan sangat cepat sehingga perjalanan selama 1 jam 30 menit terasa lama.
Pada mobil yang menyandang mesin berkapasitas besar (di atas 2.500 cc) kecepatan rata-rata 100 kilometer per jam dicapai tanpa usaha keras sehingga orang yang berada di dalamnya tidak merasa bahwa mobil itu melaju dengan cepat. Dengan demikian, perjalanan berlangsung dengan santai sehingga waktu 1 jam 30 menit berlalu tanpa terasa.
Keadaan yang sama dirasakan Kompas saat mengadakan perjalanan ke Bandung dengan mengendarai Toyota Alphard 2008 yang menyandang mesin berkapasitas 3.5 Liter (3.456 cc), 6 silinder dalam konfigurasi V (V6), double over-head camshaft (DOHC), yang dilengkapi variable valve timing with intelligent (VVT-i). Multi-purpose vehicle (MPV) yang dapat memuat tujuh orang dewasa dengan leluasa itu melaju mulus di ruas Jalan Tol Cikampek dan Jalan Tol Cipularang.
Suasana di dalam mobil terasa santai dan nyaman walaupun mobil tengah dipacu dengan kecepatan 120 kilometer per jam. Beberapa kali jarum spidometer sempat menyentuh angka 160 kilometer per jam. Akan tetapi, karena kecepatan dinaikkan secara halus dan perlahan, penumpang tidak sepenuhnya menyadari bahwa mobil tengah dipacu dengan kecepatan tinggi.
Mengingat tenaga maksimum sebesar 276 PK (paardekrachten, daya kuda) pada 6.200 putaran mesin per menit (rpm) dan torsi maksimum 344 Nm (Newton-meter) pada 4.700 rpm yang dihasilkan mesin dan disalurkan ke roda depan melalui persneling otomatik dengan enam tingkat kecepatan yang dilengkapi dengan teknologi tiptronic (six-speed sequential shiftmatic), dengan ringan melesatkan MPV berbobot 1.920 kilogram dari posisi berhenti sampai mencapai kecepatan 100 kilometer per jam.
Kehadiran teknologi tiptronic memungkinkan Toyota Alphard dikendarai seperti mobil sport, mengingat pengendara dimungkinkan untuk menaikkan dan menurunkan gigi persneling secara manual, dengan pace (irama) diinginkan.
Walaupun sosok Toyota Alphard termasuk bongsor, panjang 4,850 meter, lebar 1,840 meter, dan tinggi 1,890 meter, itu tidak membuat mobil tersebut sulit bermanuver. Bahkan, sebagai mobil yang bersosok besar, Alphard generasi kedua termasuk gesit atau lincah (agile). Apalagi, radius putarnya termasuk yang terbaik di kelasnya, 5,7 meter.
Hanya karena harus menyesuaikan kecepatan dengan mobil lain yang sama-sama berangkat dari Jakarta, kecepatan dipertahankan rata-rata 100 kilometer per jam.
Perjalanan ke Bandung
Setelah menyelesaikan sarapan di area peristirahatan di Kilometer 19, Bekasi Timur, Jawa Barat, Kompas segera memasuki Toyota Alphard berwarna white pearl crystal shine. Pedal rem pun diinjak, mesin dihidupkan dengan menekan tombol start stop engine. Setelah menyalakan penyejuk udara (AC) dan memasang DVD pertunjukan musik Jazz, tangkai persneling pun dipindahkan dari huruf P (parking) ke huruf D (drive) serta injakan kaki pada pedal rem diangkat dan dipindahkan ke pedal gas.
Mobil pun meluncur cepat meninggalkan areal peristirahatan dan menuju ke Bandung. Mobil, yang memasuki segmen MPV yang ditempati Mercedes Benz Vito, Volkswagen Caravelle, dan pendatang baru Hyundai H1, dengan mudah mengembangkan kecepatan sampai 140 kilometer per jam.
Tak terasa mobil telah mendekati Pintu Tol Pasteur. Setelah membayar tiket tol, mobil memasuki Kota Bandung. Perjalanan pun dilanjutkan ke Mountain View Golf Club, Resort Dago Pakar, Bandung. Pemandangan indah Kota Bandung di bawah menjadi hiburan tersendiri. Setelah makan siang di The Valley, perjalanan pun dilanjutkan ke gerai Cascade di Jalan RE Martadinata, yang dulu bernama Jalan Riau.
Perjalanan dilanjutkan kembali ke Jakarta. (JL)
Artikel ini dimuat di harian Kompas, 15 Agustus 2008, halaman 44
Label: Test Drive
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda