Rabu, 16 Juli 2008

ESP Lebih Canggih dari Komputer Apollo 11


Sebuah sedan Mercedes Benz dipacu dengan kecepatan 80 kilometer per jam. Setelah melewati cone plastik yang menjadi garis pembatas, tanpa menginjak pedal rem sama sekali, pengendara mobil yang melaju dengan kecepatan 80 kilometer per jam itu langsung melakukan slalom di antara empat cone plastik yang sudah disiapkan sebelumnya.
Slalom dilakukan dengan mulus. Pengendara baru menginjak pedal rem untuk memberhentikan mobil setelah posisi mobil tegak lurus ke arah depan, di tempat yang telah ditentukan.

Jangan kaget dulu. Semua itu adalah berkat hasil kerja mikrokomputer mobil yang diberi nama electronic stability program (ESP), yang pagi itu tengah diperagakan cara kerjanya.
Pada saat sedan Mercedes Benz memasuki lintasan slalom dengan membelok ke kiri (cone plastik pertama berada di sisi kiri mobil), untuk memastikan mobil melaju mulus di lintasan yang diinginkan pengendara, ESP menerapkan rem (hanya) pada roda depan bagian luar (dalam hal ini roda kanan depan) sehingga mobil tertarik ke kanan dan pengendara dapat dengan mulus membelok ke kanan melewati cone plastik kedua (di sisi kanan mobil). Pada saat pengendara membelokkan mobil ke kiri lagi melewati cone plastik ketiga (di sisi kiri mobil), ESP menerapkan rem (hanya) pada roda belakang terluar (dalam hal ini roda kiri belakang) sehingga mobil tertarik ke kiri dan pengendara dapat dengan mulus membelok ke kiri. Demikian seterusnya.




Dalam peragaan cara kerja ESP itu, pengendara memang diinstruksikan untuk tidak melakukan pengereman atau tidak menginjak pedal rem sama sekali sehingga ESP dapat bekerja secara penuh, yakni melakukan pengereman hanya pada roda yang diperlukan. Apabila pengendara tidak mematuhi instruksi tersebut, dan menginjak pedal rem, rem diterapkan pada keempat roda dan sebagai akibat, mobil akan memutar tidak terkendali. Apabila keadaan seperti itu terjadi, ESP hanya dapat memutus aliran torsi ke roda putaran mobil untuk tidak membuat keadaan semakin parah.

ESP merupakan perlengkapan standar mobil-mobil papan atas atau mobil-mobil supermewah. Nama yang diberikan bermacam-macam, tergantung merek mobilnya. Mercedes Benz dan Audi menyebutnya ESP, BMW menyebutnya dynamic stability control (DSC), dan Lexus menyebutnya vehicle stability control (VSC).

ESP adalah mikrokomputer yang berfungsi membantu pengendara dalam mengendalikan mobil dengan menstabilkan pengendalian (handling) kendaraan dalam situasi kritis. Bisa dikatakan, jantung dari ESP adalah electronic control unit (ECU).

Dalam melakukan fungsinya, ESP mengandalkan informasi yang diterima berbagai macam sensor yang terpasang pada mobil. Semua informasi yang masuk itu diproses dengan sangat cepat (1/25 detik) dan jika diperlukan mengambil tindakan atau beberapa tindakan yang tepat untuk mengatasinya.

Misalnya, ESP membandingkan arah yang diinginkan pengendara melalui sudut putaran setir dan masukan pengereman (braking input) dengan reaksi mobil yang diperoleh lewat akselerasi lateral (menyamping), penyimpangan dari arah yang dituju (yaw), dan kecepatan tiap-tiap roda. Kemudian, ESP menerapkan rem pada roda depan atau roda belakang secara sendiri-sendiri, dan jika diperlukan menurunkan torsi mesin ke roda, seperti yang diperlukan untuk mengoreksi oversteer atau understeer.

Oversteer adalah situasi di mana pada saat mobil menikung, roda belakang cenderung slip keluar dari lintasan normal atau lintasan yang seharusnya dilalui. Jika mobil mengalami oversteer, ESP akan menerapkan rem hanya pada roda depan bagian luar sehingga mobil tertarik kembali kelintasan yang seharusnya dilalui.

Sementara understeer adalah situasi di mana saat menikung, ban depan cenderung slip keluar dari lintasan normal. Jika mobil mengalami understeer, ESP akan menerapkan rem pada roda belakang bagian dalam sehingga mobil tertarik kembali ke lintasan yang seharusnya dilalui.

ESP juga mengintegrasikan all speed traction control yang merasakan (sense) apabila roda penggerak mengalami slip (skid) sewaktu berakselerasi dan menerapkan rem secara sendiri-sendiri pada roda atau roda-roda yang mengalami slip, dan jika diperlukan, menurunkan torsi mesin yang berlebihan sampai kendali atas mobil sudah diperoleh kembali.

Rata-rata mikrokomputer pada sebuah mobil melakukan lebih dari 20 pemrosesan data secara terpisah, yang kemampuannya masing-masing jauh di atas komputer yang menuntun Apollo 11 mendaratkan manusia ke Bulan pada tahun 1969. Itu karena rute dari Bumi ke Bulan yang dilalui Apollo 11 sudah jelas dan selama melakukan perjalanan ke dan dari Bulan, Apollo 11 berjalan sendirian. Dengan demikian, komputer yang dibawa Apollo 11 tidak perlu memperhitungkan kehadiran roket atau roket-roket lain.

Dalam melakukan pekerjaannya, ESP dipadukan dengan traction control atau anti-skid regulation (ASR), anti-lock brake system (ABS), electronic brake-force distribution (EBD), dan brake assist (BA).

Dalam kaitan itulah, pengendara harus memastikan agar keempat roda tetap menapak di permukaan jalan mengingat jika keempat roda sampai lepas dari permukaan jalan, ESP tidak menjalankan tugasnya atau tidak membantu pengendara lagi.

Mercedes yang pertama
Pada tahun 1959, Mercedes Benz mematenkan sebuah perangkat yang dapat mencegah roda mengalami spin dengan mengintervensi mesin, persneling, atau rem. Tahun 1987, Mercedes Benz menerapkan patennya dengan memperkenalkan sistem pengendali traksi (traction control system) yang bekerja dengan memadukan pengereman dan akselerasi.

Pada saat yang bersamaan, BMW mengembangkan sistem pengendali traksi. Pada tahun 1987-1992, Mercedes Benz dan Robert Bosch GmbH bersama-sama mengembangkan sebuah sistem yang diberi nama Elektronisches Stabilitätsprogramm (atau dalam bahasa Inggris, electronic stability program/ESP). Sementara itu, BMW bekerja sama dengan Robert Bosch GmbH dan Continental Automotive Systems mengembangkan sebuah sistem yang serupa dan diterapkan pada semua BMW keluaran 1992.

Tahun 1995, Mercedes Benz dan Volvo mulai menawarkan electronic stability control (ESC) pada beberapa model mobil buatannya. Sementara itu, Ford, General Motors, Toyota, Volkswagen, dan lain-lain menginvestigasi dan mengembangkan sistem ESC.(JL)

Artikel ini dimuat di harian Kompas, 17 Juli 2008, halaman 41

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda