Selasa, 08 Juli 2008

Mobil Diesel Audi Bersaing dengan Mobil Hibrida


Ketika harga bahan bakar minyak di hampir semua negara mengalami
kenaikan drastis, perhatian orang kepada mobil-mobil yang hemat bahan
bakar minyak pun meningkat tajam. Itu sebabnya Audi A3 1.9 TDI e yang menyandang mesin diesel berkapasitas 1.9 Liter langsung jadi pusat perhatian. Pasalnya, mobil
itu hanya mengonsumsi 4,5 liter solar untuk menempuh perjalanan sejauh
100 kilometer atau hanya menghabiskan 1 liter solar untuk menempuh
perjalanan sejauh 22,22 kilometer.


Dengan mengonsumsi 1 liter bahan bakar minyak untuk menempuh
perjalanan di atas 20 kilometer, dapat dikatakan bahwa Audi A3 1.9 TDI
e telah memasuki wilayah mobil hibrida, yang menggabungkan mesin
pembakaran dalam (internal combustion engine) yang menggunakan bahan
bakar bensin atau solar dengan motor listrik. Mobil-mobil hibrida
mengonsumsi 1 liter bahan bakar minyak untuk menempuh perjalanan lebih
dari 20 kilometer. Uniknya, Audi A3 1.9 TDI e mencapai semua itu tanpa
pengorbanan apa pun, baik dari segi gaya maupun kenyamanan. Umumnya,
mobil hibrida tidak memiliki driving dynamic (keasyikan berkendara)
atau hambar dikendarai, dan seperti tidak memiliki pribadi.

Huruf e di belakang A3 1.9 TDI merupakan kependekan dari
efisiensi. Audi mengklaim pendekatan secara menyeluruh terhadap mobil
merupakan satu-satunya jalan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar
minyak. Sekitar 12 bulan yang lalu, Audi memasukkan versi prototipe A3
1.9 TDI dalam Panasonic Solar Challenge Greenfleet Fuel Economy Class
of The World Solar Challenge dan mencapai hasil yang mengejutkan, 3,3
liter per 100 kilometer atau 1 liter per 30,3 kilometer.



Dalam World Solar Challenge, mobil peserta melakukan perjalanan
dari Darwin ke Adelaide melintasi permukaan jalan yang datar. World
Solar Challenge memperlihatkan bahwa ternyata mobil hibrida tidak
diperlukan kalau sasarannya hanya hemat dalam mengonsumsi bahan bakar
minyak.

Bahwa konsumsi 1 liter bahanbakar minyak itu digunakan untuk
menempuh perjalanan sejauh 30,3 kilometer per liter, itu tidak
mengherankan mengingat sebagian besar peserta tidak menyalakan lampu
dan penyejuk udara (AC) sama sekali. Barang-barang bawaan pun
diletakkan di dalam mobil lain. Kecepatan dijaga di bawah kecepatan
maksimum yang diizinkan dan sempat muncul perdebatan tentang perlu
tidaknya mesin dimatikan saat mobil berhenti pada saat lampu lalu
lintas merah menyala.



Beberapa peserta mengikuti World Solar Challenge dengan santai.
Kecuali patuh batas batas kecepatan maksimum yang diizinkan, lainnya
diabaikan, misalnya tetap menyalakan lampu dan AC serta menempatkan
barang bawaan di bagasi. Hasilnya, yah, 4,6 liter per 100 kilometer.(JL)

Artikel ini dimuat di harian Kompas, 4 Juli 2008, halaman 48

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda