Menghitung-hitung Uang untuk BBM
Pada tanggal 24 Mei lalu, akhirnya pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga jual bahan bakar minyak (BBM). Harga 1 liter premium dinaikkan dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000, dan 1 liter solar dinaikkan dari Rp 4.300 menjadi Rp 5.500. Alasan yang dikemukakan pemerintah jelas, kenaikan harga jual BBM itu tidak terhindarkan mengingat di pasar dunia harga minyak mentah telah menembus angka 100 dollar Amerika Serikat (AS) per barrel, atau 1 liter sekitar 0,63 dollar (setara dengan Rp 5.690). Malah, pekan ini, harga minyak mentah mencapai 127 dollar AS, atau 1 liter sekitar 0,79 dollar AS (setara dengan Rp 7.110).
Kenaikan harga jual BBM pun kemudian diikuti dengan kenaikan tarif beberapa moda angkutan umum, sekitar Rp 1.000-Rp 1.500 lebih mahal, yang pada akhirnya juga akan menaikkan harga bahan-bahan pokok yang diangkut dengan kendaraan bermotor.
Perkiraan di atas kertas adalah kenaikan harga jual BBM itu akan membuat banyak orang dipaksa untuk memikirkan ulang, berapa besar uang yang harus disediakannya setiap bulan untuk membeli BBM. Besarnya uang yang harus disediakannya setiap bulan, berkaitan erat dengan kendaraan bermotor yang digunakannya untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
Besarnya yang harus disediakan itu tentunya juga akan berkaitan erat dengan boros atau tidaknya konsumsi BBM mobil yang digunakan sehari-hari. Mobil-mobil yang digolongkan boros BBM bakar adalah mobil yang menghabiskan 1 liter BBM untuk menempuh perjalanan sejauh 6-7 kilometer. Sedangkan mobil yang hemat BBM adalah mobil yang menghabiskan 1 liter BBM untuk menempuh perjalanan sejauh 11-12 kilometer. Bahkan, beberapa mobil tergolong sangat hemat, dengan 1 liter dapat menempuh perjalanan sejauh lebih dari 14 kilometer.
Rata-rata jarak tempuh mobil di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi 50-60 kilometer per hari. Jika seseorang menggunakan mobil yang boros BBM maka seseorang memerlukan sedikitnya 8,5 liter bensin per hari. Itu setara dengan uang sebesar Rp 51.000, atau Rp 1.530.000 per bulan, atau Rp 18.360.000 per tahun. Itu baru untuk uang bensin, belum termasuk uang tambahan untuk perawatan dan penggantian oli.
Pertanyaannya, bukan pada sanggup atau tidaknya seseorang menyediakan uang sebesar itu per bulan untuk BBM, tetapi relakah seseorang mengeluarkan uang sebesar itu per bulan hanya untuk BBM?
Jika mobil yang boros BBM itu digunakan oleh lebih dari satu orang, itu mungkin masih bisa diterima. Namun, jika digunakan hanya oleh satu orang, maka itu sulit diterima. Mengingat orang itu pasti mengoperasikan lebih dari satu mobil yang dimilikinya per hari. Pertanyaannya, berapa uang yang harus disediakannya untuk BBM per bulan?
Perlu Realistis
Menggunakan mobil yang tergolong hemat BBM mungkin merupakan pilihan yang lebih realistis. Dengan menggunakan mobil yang menghabiskan 1 liter untuk menempuh perjalanan sejauh 11-12 kilometer, seseorang hanya memerlukan BBM 4,9 liter perhari. Itu setara dengan Rp 29.400, atau Rp 882.000 per bulan, atau Rp 10.584.000 per tahun.
Dengan demikian, apabila seseorang beralih dari mobil yang boros BBM ke mobil yang hemat BBM, ia menghemat Rp 648.000 per bulan, atau Rp 7.776.000 per tahun.
Melihat naiknya harga BBM, dan naiknya tarif beberapa moda angkutan umum, maka diperkirakan jumlah sepeda motor akan bertambah, mengingat pada saat ini sepeda motor adalah sarana transportasi yang paling murah. Dengan 1 liter BBM, sebuah sepeda motor dapat menempuh perjalanan sejauh 40-50 kilometer. Bahkan, jika pengendaraannya dilakukan secara tepat, maka bukan tidak mungkin perjalanan yang ditempuh dengan 1 liter bensin dapat mencapai 60 kilometer.
Itu berarti per hari, seorang pengendara sepeda motor hanya memerlukan 1 liter BBM, setara dengan Rp 6.000. Itu sangat murah apabila dibandingkan dengan uang yang harus dikeluarkan seseorang untuk melakukan perjalanan ke kantor pergi-pulang dengan angkutan umum. Dalam satu hari, diperlukan uang sedikitnya Rp 10.000-Rp 15.000, bahkan lebih jika seseorang naik bus AC, dan juga masih harus menggunakan ojek. Apalagi jika seseorang baru pulang kembali ke rumah menjelang tengah malam, di mana pada saat itu angkutan umum regular sudah tidak ada, maka tentunya uang yang dikeluarkan menjadi lebih banyak.
Itu sebabnya semakin banyaknya sepeda motor yang lalu lalang di jalan itu jangan dilihat sebagai gangguan. Mengingat sebagian besar pengendara sepeda motor itu tidak mempunyai pilihan lain kecuali menggunakan sepeda motor. Oleh karena memang itulah moda transportasi yang termurah pada saat ini.(JL)
Artikel ini dimuat di harian Kompas, 5 Juni 2008, halaman 44
Label: Ekonomi
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda