Menaklukkan Gurun dengan Audi Q7
Tanggal 11 Maret 2006 pukul 10.00. Rombongan yang akan menguji coba Audi Q7 di gurun (padang pasir) telah berkumpul di lobi Jumeirah Beach Hotel, Dubai, Uni Emirat Arab. Dari sana rombongan diajak menuju ke pelataran parkir di mana telah tersedia belasan unit Q7 yang siap dikendarai ke Audi Desert Camp yang berjarak sekitar 110 kilometer dari Jumeirah Beach Hotel.
Rombongan segera memasuki belasan unit Q7. Setiap unit Q7 memuat empat orang, termasuk pengendara. Setelah memasuki mobil, mengatur posisi kursi, memasang sabuk pengaman, mesin mobil pun dihidupkan dengan menekan tombol start engine yang terletak di console box.
Suara berderum yang keluar dari mesin 4.2 Liter, 8 silinder dalam
konfigurasi V, langsung terdengar halus menerobos ke kabin. Konvoi Q7
itu melaju cepat di belakang Q7 pace car (pemimpin konvoi). Batas
kecepatan maksimum yang diizinkan di Dubai, 120 kilometer per jam,
tetapi khusus bagi konvoi Q7 diizinkan untuk mengembangkan kecepatan
lebih dari 120 kilometer per jam.
Mobil-mobil patroli polisi di tempatkan di pertigaan atau
perempatan jalan untuk mengamankan perjalanan konvoi Q7. Tak terasa
kecepatan jarum spidometer telah menunjukkan angka 180 kilometer per
jam. Daya menapak, pengemudian (handling), dan pengendaraan Q7 yang
prima, serta kesenyapan di dalam kabin, membuat penumpang tidak
menyadari bahwa mobil telah melaju dengan kecepatan 180 kilometer per
jam.
Bahkan, di saat melaju di ruas jalan di pinggiran kota yang sepi,
Q7 sempat menembus kecepatan 200 kilometer per jam. Kecepatan
maksimum Q7 dibatasi secara elektronik pada 250 kilometer per jam.
Sistem persneling otomatik dengan 6 tingkat kecepatan membuat
penyaluran tenaga dan torsi mesin ke roda berlangsung dengan instan
dan mulus, mirip tradisi waftability yang menjadi ciri khas Rolls-
Royce. Jika pengendara ingin mendapatkan pengendaraan yang dinamis,
ia harus memindahkan tangkai persneling dari huruf D (drive) ke huruf
S (sport) atau menggunakan tiptronic, di mana pengendara dapat
menaikkan dan menurunkan gigi persneling secara manual tanpa
kehadiran kopling.
Belum ada seorang pun di antara anggota rombongan yang pernah mengemudikan mobil di gurun, itu sebabnya perjalanan menuju ke Audi Desert Camp dilakukan dengan semangat tinggi. Ketika sampai di wilayah terluas gurun, rombongan disambut enam unta yang di badannya diberi tulisan quattro. Rombongan pun segera berhenti dan sibuk mengabadikan unta-unta itu.
Ingatan pun segera tertarik ke belakang, ke majalah yang terdapat di kamar hotel, yang mempromosikan safari gurun. Negara-negara Teluk di Timur Tengah mengembangkan safari gurun sebagai salah satu unggulan wisata. Yang diawali dengan acara naik unta dan menggunakan jip melintasi gurun yang berbukit seraya menikmati Matahari terbenam…
Setelah puas memotret, perjalanan pun dilanjutkan. Tidak beberapa lama, konvoi Q7 telah memasuki area Audi Desert Camp, yang terdiri dari tenda-tenda mewah yang megah di tengah-tengah gurun. Di tenda-tenda tersebut, rombongan disambut dan diperlakukan sebagaimana layaknya tamu-tamu agung.
Setelah acara makan siang ala raja-raja, rombongan pun kemudian dipecah ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama, mengemudikan Q7 sendiri dengan didampingi instruktur pengendaraan gurun melalui rute yang telah ditentukan dengan mengikuti pace car yang berada di depan. Kelompok kedua, menyaksikan kemampuan Q7 di lintasan uji coba yang khusus dibuat untuk itu. Dan, kelompok ketiga, duduk di samping instruktur yang bertindak sebagai pengendara untuk memperlihatkan kemampuan maksimal Q7 sebagai SUV. Ketiga kegiatan di gurun itu telah memompa adrenalin sampai ke batasnya.
Suhu sekitar 34 derajat Celsius dengan udara yang kering membuat
kulit dengan mudah terbakar oleh teriknya sinar matahari. Namun,
sensasi yang diberikan oleh pengendaraan Q7 di gurun itu membuat rasa
panas yang membakar itu diabaikan.
Tekanan ban diturunkan
Untuk membuat Q7 dapat dengan mudah menaklukkan gurun, tekanan ban diturunkan sehingga mobil memperoleh penapakan yang lebih baik. Itu sebabnya, untuk menjajal Q7 di gurun, telah disediakan unit-unit
Q7 khusus yang tekanan bannya telah diturunkan. Dan, untuk melintas
di gurun, Q7 telah dilengkapi dengan sistem penggerak empat roda
permanen (quattro) serta suspensi udara adaptif dan pengatur
ketinggian mobil dari permukaan tanah. Ketinggian Q7 dari permukaan
tanah bervariasi dari 18 sentimeter (cm) sampai 24 cm, dan pada mode
offroad ketinggian dimulai dari 20,5 cm.
Electronic stabilization program (ESP) mengatur agar roda yang
kehilangan traksi (penapakan) direm (diberhentikan) dan tenaga
torsinya dipindahkan ke roda atau roda-roda lain yang memiliki traksi
lebih baik. Dengan demikian, Q7 dapat dengan mudah mengatasi hambatan saat terjebak di gurun. Saat melibas gurun di dalam kabin terdengar suara rerrrt, rerrrt, rerrrt.. Itu adalah suara dari bekerjanya ESP yang menerapkan rem dan memindahkan torsi dari roda yang kehilangan traksi ke roda atau roda-roda lain yang memiliki traksi lebih baik.
Q7 bukanlah sebuah kendaraan offroad yang disiapkan untuk medan offroad yang berat, berbeda dengan Volkswagen Touareg, mengingat mobil itu tidak dilengkapi dengan gardan tengah dan low range gear, meskipun demikian kemampuannya melibas medan offroad tidak dapat dianggap remeh. Sebagai bahan seloroh, disebutkan bahwa Q7 akan
membuat unta (sebagai kendaraan utama di gurun) dipensiunkan.
Melibas gurun dengan sebuah SUV adalah pengalaman yang pertama dan sulit dilupakan. Pengalaman saat mobil terjebak di tengah-tengah kubangan pasiryang dalam dan ESP berusaha memindah-mindahkan torsi untuk memperoleh traksi yang lebih baik dan keluar dari kubangan pasir memberikan sensasi tersendiri.
Audi Q7 akan masuk ke pasar pada kuartal pertama 2006, dan di
Jerman akan dijual dengan harga 64.900 euro (sekitar Rp 713,9 juta)
untuk Audi 4.2 Liter V8 dan 48.900 euro (sekitar Rp 537,9 juta) untuk
Audi 3.0 V6 TDI.(JL)
Perbaikan dari artikel yang dimuat di harian Kompas, 2006.
Label: Test Drive
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda