Minggu, 09 Desember 2007

Oli yang Berkualitas Bantu Hemat Bahan Bakar




Oli bisa dikatakan sebagai penopang utama kerja mesin, mengingat kualitas oli yang digunakan menentukan performa dan daya tahan mesin. Semakin baik kualitas oli yang digunakan, semakin baik pula performa dan daya tahan mesin.




Sebagai pelumas, oli melumas (lubricating) seluruh komponen bergerak di dalam mesin untuk mencegah kontak langsung antarkomponen yang terbuat dari logam. Dalam hal ini, unsur kekentalan (viscosity) amat penting. Sebagai pendingin (cooler), oli harus mampu mengurangi panas yang ditimbulkan oleh gesekan antarlogam yang bergerak pada mesin. Sebagai pembersih (detergent), oli berfungsi membersihkan bagian-bagian mesin dari oksidasi sehingga munculnya kerak dan korosi pada logam dapat dihindari. Jika ruang pembakaran bersih, maka dengan sendirinya pembakaran berlangsung sempurna.

Jika oli dapat menjalankan tugasnya sebagai pelumas, sebagai pendingin, dan sebagai pembersih dengan baik, maka dengan sendirinya performa mesin akan optimal. Dan, jika performa mesin optimal maka dampak langsungnya adalah konsumsi bahan bakar dapat ditekan, demikian juga tingkat pencemaran dari emisi. Sedangkan jangka panjangnya adalah umur (daya tahan) mesin menjadi lebih lama.

Jika kualitas oli rendah maka otomatis yang terjadi adalah kebalikannya. mesin menjadi berisik karena pelumasan yang tidak maksimal, membuat gesekan antarkomponen yang terbuat dari logam itu menjadi langsung. Gesekan langsung antarkomponen logam juga meningkatkan suhu mesin. Belum lagi ruang bakar yang dipenuhi kerak dan korosi pada logam. Akibatnya performa mesin tidak optimal. Karena performa mesin tidak optimal maka mesin boros bahan bakar, dan tingkat pencemaran emisi juga tinggi.

Mesin kendaraan baru biasanya membutuhkan oli dengan tingkat (grade) kekentalan yang tinggi, mengingat letak komponen sangat rapat sehingga diperlukan pelumasan dan pendinginan ekstra. Pada mesin kendaraan keluaran lama, tingkat kerapatan antarkomponen rendah sehingga tidak memerlukan tingkat kekentalan tinggi.

Selain itu, dianjurkan kepada konsumen untuk membeli oli di bengkel atau kios resmi sehingga kemungkinan konsumen mendapatkan oli palsu atau oli bekas dapat dihindari.



Melihat arti penting oli bagi performa dan daya tahan mesin, maka sebelum seseorang membeli oli sebaiknya ia membuka buku panduan (manual book) kendaraannya untuk melihat karakteristik dan jenis oli seperti apa yang direkomendasikan pabrik.

Pada oli yang beredar di pasar ditemui dua istilah karakteristik oli, yakni SAE dan API. SAE (Society of Automotive Engineer) adalah untuk menandai tingkat kekentalan oli (viscosity). Misalnya SAE 20W-50. huruf W berarti winter (musim dingin). Itu berarti dalam suhu dingin (saat musim dingin) tingkat kekentalan oli berada pada angka viskositas SAE 20. Sedangkan angka 50 berarti pada saat udara panas tingkat kekentalan oli berubah menjadi 50. Oli jenis itu dinamakan oli multigrade, atau oli yang memiliki beberapa tingkat kekentalan. Ada juga SAE 5W-50 atau SAE 10W-40. Di luar itu juga ada karakteristik oli monograde, misalnya SEA 40 atau SAE 50.

Adapun API (Automotive Petroleum Institute) adalah petunjuk bagi tingkatan mutu oli. Pada mesin yang menggunakan bahan bakar bensin biasanya diawali dengan huruf S (service station), misalnya SG atau SJ. Setiap huruf setelah huruf S menunjukkan oli itu untuk mobil keluaran tahun tertentu. Sedangkan untuk kendaraan yang menggunakan mesin diesel biasanya diawali dengan huruf C (commercial), misalnya CD atau CF.
Sementara itu, jenis oli pun ada dua, yakni mineral dan sintetis. Oli mineral adalah campuran antara minyak bumi dan zat aditif, sedangkan oli sintetis adalah minyak bumi yang melalui proses kimiawi diubah menjadi bahan sintetis.

Oli sintetis daya tahannya terhadap panas lebih tinggi sehingga oli tidak cepat rusak dan tahan lebih lama terhadap oksidasi. Itu sebabnya harga oli sintetis lwbih mahal daripada oli mineral.

Untuk penggunaan ekstrem, seperti balap dan reli, mutlak menggunakan oli sintetis. Sedangkan untuk penggunaan biasa, atau untuk penggunaan sehari-hari, tidak ada salahnya menggunakan oli mineral, apalagi harganya pun lebih murah dibandingkan dengan oli sintetis.

Kapan oli harus diganti
Pertanyaan klasik yang selalu muncul ke permukaan adalah tiap berapa kilometer sekali oli harus diganti. Tidak ada jawaban yang pasti untuk pertanyaan itu. Masa pakai oli sangat tergantung kepada umur dan kondisi mesin kendaraan, dan juga kepada cara pemakaian kendaraan itu, ekstrem atau normal.

Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa untuk oli mineral masa pakainya lebih kurang 7.500 kilometer. Sedangkan untuk oli sintetis masa pakai oli itu bisa sampai 10.000 kilometer, atau bahkan lebih.

Pada mobil-mobil papan atas, pertanyaan itu tidak muncul, mengingat lampu indikator di dashboard akan menyala jika waktu mengganti oli mesin sudah tiba.

Agar kondisi oli tetap prima sampai masa akhir pakainya, penting untuk menjaga volume oli di dalam mesin. Umumnya volume oli mesin diukur dengan menggunakan dipstick. yang ideal ketinggian oli pada dipstick berada pada di antara titik maksimum dan minimum.

Pada kendaraan keluaran baru, khususnya kendaraan papan tengah dan papan atas,untuk mengukur volume oli tidak lagi menggunakan dipstick, melainkan menggunakan indikator di dashboard.

Artikel ini pernah dimuat di harian
Kompas, 18 September 2003, halaman 42

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda