Jumat, 23 November 2007

Kini, Menginstal Audio-Video Semakin Rumit

AKHIR-akhir ini, sistem tata suara (sound system) yang merupakan
perlengkapan standar mobil-mobil keluaran baru kualitas semakin baik.

Bahkan, pada mobil-mobil papan atas, yang harganya mendekati atau
lebih dari Rp 1 milyar, sistem tata suaranya bisa dikatakan sudah
mendekati sempurna. Bukan itu saja, biasanya sistem tata suaranya pun merupakan satu-kesatuan dengan sistem navigasi GPS (Global
Positioning Systems), telepon selular, dan komputer mobil.

Bagi penikmat musik yang awam, mungkin semua itu baik-baik saja.
Ia tinggal menikmati musik tanpa harus melakukan perubahan apa-apa
pada mobilnya.

Namun, bagi penikmat musik indah, atau bagi orang yang ingin
memindahkan home theater atau bahkan family room ke dalam mobil, ada
persoalan yang besar. Setiap perubahan yang dilakukan pada sistem
tata suara mobil, yang merupakan perlengkapan standar, membuka
peluang terjadinya gangguan pada sistem navigasi GPS, gangguan pada
fungsi telepon atau sistem komputer mobil.

Keahlian yang lebih dalam menginstalasi tata suara saja belum
menyelesaikan masalah. Khususnya pada perawatan setelah pembelian
(after sales service) dan pemberian garansi.

Sebagai contoh, misalnya, pemilik mobil mendatangi instalator
sistem tata suara dan memasang komponen home theater ke mobilnya.
Setelah menikmati home theater-nya selama satu bulan, tiba-tiba
muncul gangguan pada fungsi komputer mobilnya. Gangguan itu mungkin
saja tidak ada hubungannya dengan pemasangan komponen home theater
itu, tetapi dealer mobil menolak membetulkan komputer mobil itu
dengan gratis walaupun mobil masih dalam garansi. Alasan yang
dikemukakan adalah mobil itu sudah pernah dibongkar oleh pihak lain,
di luar dealer resmi.

Kalau sudah begini, siapa yang mau disalahkan?

Sebab itu, sebelum melakukan perubahan terhadap sistem tata suara
standar mobil, sebaiknya risiko-risiko seperti itu termasuk hal yang
diperhitungkan oleh pemilik mobil. Tidak ada salahnya bila pemilik
mobil berkonsultasi lebih dahulu dengan dealer resmi untuk mengetahui
risiko-risiko yang mungkin dapat terjadi.

***

ADA soal lain lagi. Pada mobil-mobil papan atas, head unit dan
speaker merupakan bagian dari desain keseluruhan interior mobil,
sehingga perubahan pada head unit dan speaker harus dilakukan secara
cermat agar tidak merusak keindahan desain keseluruhan interior
mobil. Bukan itu saja, jumlah komponen yang dipasang dan ukuran
speaker atau subwoofer pun perlu disesuaikan dengan keseluruhan
interior mobil.

Namun, mengenai soal yang kedua ini, bagi beberapa instalator
tampaknya tidak dianggap sebagai masalah yang besar. Ada beberapa
instalator yang menyiapkan panel-panel pengganti yang sudah lengkap
dengan dudukan untuk komponen-komponen yang akan dipasang. Mulai dari
head unit, multichannel power, speaker, tweeter, sampai subwoofer.
Dan, panel-panel pengganti dari bahan serat gelas (fiberglass) itu
merupakan duplikat dari panel-panel yang diganti.

Pada kasus ini, tentunya, sistem tata suara yang dibangun di
dalam mobil tidak bisa terlalu ambisius. Paling-paling hanya
mengganti head unit, power amplifier, dan satu subwoofer.

Jika ingin sistem tata suara yang jauh lebih njlimet atau rumit
(sophisticated), mau tak mau ada bagian dari interior mobil yang
harus dikorbankan. Dan, bagian yang paling sering dikorbankan adalah
bagasi. Fungsinya sebagai tempat penyimpan barang sudah beralih
menjadi tempat komponen-komponen pendukung sistem tata suara mobil.

***

MASUKNYA sistem tata suara home theater ke dalam mobil, seperti
yang dipelopori oleh perusahaan elektronik terkemuka Jepang,
Panasonic, membuat penataan sistem tata suara di dalam mobil menjadi
semakin rumit.

Untuk menikmati sistem tata suara home theater secara utuh,
mutlak diperlukan adanya titik ideal (sweet spot) agar suasana hati
penonton film hanyut (terbawa) oleh suasana film yang tengah
ditontonnya.

Titik ideal adalah titik di mana suara yang keluar dari setiap
speaker sampai di telinga penonton pada saat yang bersamaan, dan
suara itu terdengar sama kerasnya. Dengan demikian, efek yang
ditimbulkan oleh suara film langsung menghentak dada dari penonton
yang terpaku oleh aksi di dalam film yang ditontonnya.

Adalah perangkat DSP (digital surround processor) yang
memungkinkan tercapainya titik ideal, melalui sistem Dolby Digital
(AC3), Dolby Pro Logic, dan DTS (digital theater system). Ketiga
sistem itu memungkinkan terjadinya time delay (penundaan waktu
keluarnya suara dari setiap speaker, sehingga suara keluar dengan
waktu yang berbeda-beda) sehingga suara itu sampai secara bersamaan
dan terdengar sama kerasnya di titik ideal. Dan, dengan pemasangan
speaker tengah (center speaker), efek surround bisa dicapai secara
maksimal.

DSP juga dapat menerima format PCM (compact disc/CD standar)
melalui imput digital, input analog untuk menerima audio dari pemutar
CD standar atau CD changer. Di samping itu, DSP dapat menciptakan
efek surround digital, seperti sound space (seperti suara akustik di
klub kecil), concert hall, stadium, serta dapat membuat virtual
surround dari disc stereo kuno.

DSP juga dilengkapi dengan Dynamic Range Control, atau sering
disebut Midnight Mode, yang berfungsi mengecilkan volume suara yang
keras dan membesarkan volume suara yang pelan (lemah). Dengan
demikian, DSP akan mengontrol volume suara film yang tiba-tiba
menjadi terlalu keras. Misalnya tiba-tiba ada adegan bom meledak,
atau ada mobil tabrakan, atau ada pesawat terbang yang lepas landas,
dan lain-lain.

Namun, walaupun DSP yang digunakan berkualitas baik, tetapi tanpa
head unit, power amplifier multichannel, dan speaker yang berkualitas
baik, suara yang dihasilkan tidak akan maksimal.

Sebagai unit terakhir penghasil suara yang berkualitas, kualitas
speaker tentunya tidak bisa diabaikan. Sebab itu, pemilihan speaker
hendaknya dilakukan secara hati-hati. Mahal itu bukan ukuran,
mengingat setiap jenis speaker mempunyai karakteristik sendiri-
sendiri. Sebab itu, pemilihan jenis speaker disesuaikan dengan
karakter suara yang ingin dihasilkan di dalam mobil.

Head unit yang terbaru adalah pemutar DVD (digital video disc).
Pemutar DVD itu juga dapat memutar VCD (video compact disk), dan CD
biasa. Pemutar DVD itu juga dilengkapi dengan MPEG2 decoder video,
yang memungkinkannya menghasilkan output audio dan visual analog dan
output video digital. Bukan itu saja, pemutar DVD itu juga dilengkapi
dengan monitor LCD (liquid crystal display) berukuran 7-8 inci dengan
rasio 16:9. Dengan rasio seperti itu, monitor LCD itu bisa
menampilkan film layar lebar pada seluruh layarnya. Monitor LCD itu
juga bisa menampilkan game dan sistem navigasi, karena dilengkapi
dengan input RGB (spektrum warna merah, hijau, dan biru). Dan, dengan
336.960 pixel, maka monitor itu bisa menghasilkan gambar dengan
kualitas yang bagus, sama seperti warna aslinya.

Head unit ini dihubungkan ke CD changer yang juga bisa menyimpan
8-12 keping DVD, VCD, dan CD. Dengan mulai digunakan MP3 dalam
kendaraan, pengemudi tidak perlu membawa banyak CD koleksinya di
dalam mobil, karena satu keping MP3 berisi puluhan lagu. Sebab itu,
era koleksi CD di dalam CD changer, atau yang tercecer di laci, di
jok, ataupun di bagasi mobil sudah berlalu.

Menikmati DVD/VCD/CD atau MP3 di dalam mobil pun bisa dilakukan
dengan leluasa, pemutar DVD/VCD/CD tidak terpengaruh oleh kondisi
jalan. Jalan yang berlubang-lubang, polisi tidur, atau medan off-road
tidak menjadi halangan bagi pemutar DVD/VCD/CD karena perangkat itu
dilengkapi dengan penyangga memori antiguncang.

Guncangan, sentakan, atau bantingan mobil saat berjalan di
permukaan jalan yang buruk kondisinya tidak menjadi persoalan karena
semua dapat diredam dengan baik, sehingga perangkat itu bisa
berfungsi dengan sempurna walaupun kondisi jalan sangat buruk.

Dan, apabila di tengah-tengah film berlangsung tiba-tiba aliran
listrik terputus, itu pun tidak menjadi persoalan. Sebab begitu
listrik kembali hidup, pemutar DVD/VCD akan melanjutkan filmnya pada
titik yang sama seperti pada saat listrik mati.

Namun, letak monitor LCD yang menyatu dengan head unit di
dashboard di beberapa negara bisa menimbulkan persoalan sendiri.
Sebab, dengan diletakkannya monitor LCD di dashboard, pengemudi juga
bisa ikut menonton televisi atau menikmati film favoritnya saat
mengemudi. Kalau sedang mengemudikan mobil di tengah-tengah kemacetan
lalu lintas itu masih aman, tetapi jika sedang mengemudikan mobil
dengan kecepatan tinggi maka persoalannya menjadi lain. Itu pula
sebabnya di beberapa negara, mengemudikan mobil sambil menonton
televisi dilarang. Demikian juga dengan mengemudikan mobil sambil
memegang telepon seluler (handphone).

Bagi perusahaan telepon selular, persoalan memegang telepon
selular sambil mengemudi mobil bisa dipecahkan dengan menciptakan
perangkat hands free. Dengan demikian, pengemudi bisa dengan bebas
berbicara sambil tetap memegang setir dengan dua tangan. Namun, bagi
perusahaan pembuat head unit dengan monitor LCD, keadaannya berbeda.

Perusahaan-perusahaan itu hanya dapat menyertakan catatan pada
setiap produknya, yakni sebaiknya monitor tidak diletakkan di tempat
yang bisa dilihat oleh pengemudi. Itu bisa diartikan bahwa mengemudi
sambil menonton bukanlah sesuatu hal yang dianjurkan. Bahkan, kalau
perlu dihindari. (JL)

Kompas, 17 Juli 2001, halaman 29

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda