Kamis, 22 November 2007

Mobil dan Teknologi

AKHIR-akhir ini pasar mobil Indonesia mulai diramaikan kembali oleh mobil-mobil model terbaru dari berbagai merek. Meskipun belum seramai seperti sebelum krisis moneter melanda negeri ini pada paruh kedua tahun 1997, namun pasar mobil mulai menunjukkan perbaikan yang menggembirakan.

Merek-merek yang sudah lama merambah negeri ini, seperti BMW, Daihatsu, Honda, Isuzu, Land Rover, Mercedes Benz, Mitsubishi, Nissan, Opel, Peugeot, Suzuki, Toyota, Volkswagen, Volvo, mulai didampingi oleh merek-merek baru, yakni Audi, Cherokee, Daewoo, Hyundai, KIA, dan Range Rover. Simak saja beberapa pameran otomotif terakhir.

Kapasitas mesin mobil-mobil yang ditawarkan pun tidak lagi terbatas sampai pada kelas 2.000-an cc saja, melainkan juga meningkat ke kelas 3.000-an cc. Bahkan, beberapa mobil hadir dengan 4.000 cc ke atas. Yang terakhir adalah Chevrolet Blazer, yang hadir dengan mesin 4.300 cc.

Dan, mobil-mobil yang hadir pun tidak lagi sekadar mobil, melainkan mobil yang sarat dengan teknologi tinggi (high-tech). Terutama mobil-mobil papan atas. Tidak heran bila orang kerap menyebut mobil-mobil itu sebagai komputer berjalan.

Penerapan teknologi tinggi pada mobil itu tidak hanya dimaksudkan untuk mengejar kenyamanan (comfort), melainkan juga yang paling utama adalah mengejar keamanan atau keselamatan (safety). Bahkan, peningkatan kemampuan kinerja (performance) mesin mobil pun dikembangkan dengan tetap mempertimbangkan atau memperhitungkan dua faktor itu, yakni kenyamanan dan keselamatan.

***
PENINGKATAN kemampuan mesin dilakukan dengan menerapkan sistem pengapian dan pemasokan bensin secara elektronik, yang populer dengan sebutan electronic ignition dan electronic fuel injection. Sistem pengapian dengan platina dan penyaluran bensin ke mesin dengan menggunakan karburator sudah dianggap ketinggalan zaman.

Pada sistem pengapian dan pemasokan bensin secara elektronik konsistensi bisa lebih terjaga, sehingga tidak perlu melakukan penyetelan dari waktu ke waktu. Setiap pabrik mempunyai nama yang berbeda-beda untuk kedua sistem itu. Namun, fungsinya sama, yakni mengatur pengapian dan pemasokan bahan bakar secara elektronik agar sesuai dengan tuntutan mesin.

Selain menerapkan sistem pengapian dan pemasokan bensin secara elektronik, peningkatan kemampuan mesin dilakukan dengan memperbanyak katup atau klep (valve) untuk memasukkan bahan bakar ke silinder dan mengeluarkan sisa pembakaran dari silinder. Pada mobil lama setiap silinder hanya memiliki dua katup, yakni katup masuk dan katup keluar, sehingga sebuah mobil dengan empat silinder mempunyai 8 katup. Pada mobil baru setiap selinder mempunyai empat katup, yakni dua katup masuk dan dua katup keluar, sehingga mobil empat silinder mempunyai 16 katup. Beberapa merek menggunakan tiga katup untuk setiap silinder, satu katup masuk dan dua katup keluar.

Dengan memperbanyak katup, diharapkan bahan bakar yang masuk bisa lebih banyak, dan pada saat yang sama, sisa pembakaran bisa dikeluarkan sekaligus. Dengan demikian diharapkan pembakaran dalam ruang silinder berlangsung secara efektif, sehingga juga lebih bertenaga.

Semakin banyaknya katup pada mesin, tentu akan menambah pekerjaan bagi mekanik apabila suatu saat katup-katup itu memerlukan penyetelan.Namun, persoalan itu tampaknya sudah diantisipasi beberapa pabrik mobil, dengan juga melengkapi mobilnya dengan penyetelan katup secara elektronik. Peningkatan kemampuan mesin pun dilakukan dengan memasang perangkat turbocharger atau supercharger.

Peningkatan kemampuan mesin membuat mobil-mobil semakin mudah dipacu, atau dijalankan dengan kecepatan tinggi. Ini tentunya membawa risiko tersendiri bagi pengendara atau penumpang lainnya. Sebab semakin tinggi kendaraan dipacu, semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya kecelakaan.

***
MANUSIA sesuai dengan takdirnya adalah pejalan kaki. Karena itu, reaksi dan kecepatan indera manusia dalam mengantisipasi gerak disesuaikan kecepatannya sebagai pejalan kaki, yakni 5 kilometer per jam. Dengan kemajuan teknologi, manusia secara bertahap bisa menyesuaikan dirinya dengan kecepatan yang lebih tinggi. Namun, sesuai kodratnya tetap saja ada keterbatasan yang tidak mungkin diatasi. Misalnya manusia tidak dapat bereaksi terhadap obyek yang secara tiba-tiba muncul dalam jarak pandangnya. Padahal semakin cepat mobil dipacu semakin besar pula kemungkinan munculnya benda-benda secara tiba-tiba dalam jarak pandang pengemudinya.

Untuk mengantisipasi hal itu produsen mobil melengkapi mobilnya dengan berbagai kemampuan, yang membuat mobil semakin mudah dan nyaman dikendalikan, bahkan juga dalam kecepatan tinggi. Selain itu, produsen mobil pun, terutama produsen mobil-mobil papan atas, juga melengkapi dengan berbagai kemampuan, yang mengakibatkan apabila terjadi kecelakaan, risiko yang dialami oleh pengendara atau penumpang lainnya tidaklah fatal.

Bukan itu saja, produsen mobil pun memasukkan all wheel streering (sistem kemudi empat roda) dan all wheel drive (pengembangan dari sistem penggerak empat roda, 4 x 4). Semua itu membuat mobil semakin mudah dikemudikan, karena penggerak pada tiap roda itu dikontrol oleh komputer yang mengukur secara tepat kebutuhan gerak pada setiap roda.

Langkah-langkah pengamanan pada mobil tidak hanya dilakukan secara pasif atau statis, melainkan juga dinamis. Secara pasif langkah pengamanan itu dilakukan dengan memperkuat kerangka mobil, memasang besi pengaman di pintu mobil (side beam), dan melengkapi mobil dengan kantung udara (airbag) yang secara otomatis akan menggelembung apabila mobil mengalami tabrakan atau benturan.

Sedangkan langkah pengamanan dinamis pada mobil itu dilakukan dengan menerapkan sistem pengereman anti-terkunci atau yang dikenal dengan nama ABS (anti-lock braking system). Sensor-sensor yang melengkapi ABS secara terukur menghentikan dan memutar roda, saat rem diinjak penuh, sehingga mobil tetap dapat dikemudikan untuk menghindari benda yang berada di depannya, sesuai dengan putaran setir yang dilakukan pengemudi. Pada mobil yang tidak dilengkapi ABS, pada saat rem diinjak penuh, roda-roda terkunci, sehingga mobil tak bisa lagi dikendalikan oleh pengemudi. Mobil akan meluncur tanpa dapat dikendalikan seperti peti tanpa roda.

Teknologi ABS diperkenalkan 9 Desember 1970 di Stuttgart, Jerman, oleh penciptanya, Hans Scherenberg, saat itu anggota Dewan Manajemen Daimler-Benz. ABS, yang kini dikenal dengan nama anti-lock braking system, pada saat diperkenalkan kepada dunia bernama anti-block system. Tentunya, kini, 29 tahun sesudahnya, sistem ABS itu sangat berkembang dan makin canggih.

Kini, produsen mobil Mercedes Benz juga melengkapi ABS dengan electronic stability program (ESP) atau sensor elektronik yang menggunakan prosessor 48 KB untuk memonitor pengendalian kendaraan. ESP memonitor akselerasi, cara mengemudi, pengereman dalam segala kondisi jalan, dan mengatasi slip saat membelok. ESP juga mengukur pengereman yang harus diterapkan pada setiap roda sesuai dengan putaran masing-masing roda, serta sekaligus menurunkan putaran mesin untuk menghindari kemungkinan slip, dan membuat mobil tetap dapat dikemudikan.

Kecanggihan ABS membuat sistem itu mendunia. Hampir semua mobil papan atas menggunakan ABS. Tidak heran apabila dalam iklan Mercedes Benz yang ditayangkan di Star TV, sama sekali tidak muncul gambar Mercedes. Yang muncul malah gambar mobil-mobil lain, seperti BMW dan Volvo, dan ditutup dengan kata-kata safety yang dilengkapi dengan lambang Mercedes Benz. *** NAMUN, harus diingat bahwa sebaik apa pun pengamanan yang melengkapi sebuah mobil, faktor fatal tidaknya risiko yang dialami saat kecelakaan sangat ditentukan faktor (kesalahan) manusia.

Masih hangat dalam ingatan tewasnya Putri Diana dan pacarnya Dodi Al Fayed akibat mobil yang ditumpanginya mengalami kecelakaan tanggal 31 Agustus 1997.
Para pakar otomotif, yang melakukan simulasi atas kecelakaan itu, berpendapat jika saja Putri Diana dan Dodi Al Fayed mengenakan sabuk pengaman, mungkin jiwa mereka terselamatkan. Seorang pengawal yang duduk di kursi depan selamat karena menggunakan sabuk pengaman, walaupun mengalami luka parah. (JL)

Artikel ini dimuat di harian Kompas, 4 September 2000, halaman 29

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda