Kamis, 22 November 2007

Kecelakaan Itu Seharusnya Bisa Dihindari



BERITA kematian Putri Diana pukul 04.00 waktu Paris (09.00 WIB) tanggal 31 Agustus 1997 mengejutkan dunia. Yang lebih mengejutkan lagi adalah kematiannya itu diakibatkan oleh suatu kecelakaan yang melibatkan mobil, yang dianggap sebagai salah satu mobil yang paling aman di dunia.



Pukul 00.30 waktu Paris (05.30 WIB), tiga setengah jam sebelumnya, mobil Mercedes Benz S-600, yang dinaiki Putri Diana dan pacarnya Dodi Al Fayed, mengalami kecelakaan di terowongan di bawah Place de l'Alma, di Distrik 8 Paris, saat melarikan diri dari para paparazzi yang mengejarnya dengan motor.

Mobil yang meluncur dengan kecepatan sekitar 160 kilometer per jam itu menabrak pilar beton pembatas di tengah-tengah terowongan, di sebelah kiri mobil. Mobil itu kemudian terpental ke kanan dan menabrak tembok terowongan.

Benturan membuat bagian depan dan tengah mobil itu ringsek berat. Dody Al Fayed tewas seketika bersama pengemudi mobil. Putri Diana yang cedera hebat dalam kecelakaan itu meninggal di rumah sakit La Pitie-Salpetriere. Pengawal Diana selamat meskipun luka parah. Menteri Dalam Negeri Perancis Jean-Piere Chevenement mengemukakan, "Tampaknya pengemudi kehilangan kontrol atas kendaraannya ketika berjalan dalam kecepatan tinggi."

Perusahaan Daimler-Benz AG di Frankfurt kemarin mengoreksi pemberitaan pers, yang menyebutkan bahwa mobil yang dinaiki Putri Diana adalah S-600. "Mobil yang dinaiki Diana adalah S-280 yang diproduksi tahun 1994, dan bukan S-600 seperti yang diberitakan secara meluas oleh media massa. Meskipun demikian, kemampuan teknologi yang membuat mobil itu aman dikendarai tidak terpaut jauh," ujar jubir Mercedes Benz.
***

PENGEMUDI kehilangan kontrol atas kendaraannya, sampai saat ini, dianggap sebagai enyebab utama terjadinya kecelakaan yang merenggut nyawa Putri Diana dan pacarnya Dody Al Fayed. Namun, mengingat reputasi dan kualitas dari kendaraan yang dinaiki pasangan Diana-Dody, menjadikan orang bertanya-tanya apa yang menyebabkan pengemudi mobil sampai kehilangan kontrol.

Seperti mobil-mobil papan atas lainnya, seperti Rolls Royce, BMW 750i/850i, Volvo 960 3.0, Jaguar Sovereign, Daimler, dan Toyota Lexus ES 300, Mercedes Benz S-600 pun dilengkapi serangkaian teknologi, yang membuat mobil-mobil itu aman dikendarai.

Mercedes Benz S-600 menggunakan ESP (Electronic Stability Program) atau sensor elektronik yang menggunakan prosesor 48 KB untuk memonitor pengendalian kendaraan. ESP memonitor peningkatan kecepatan (akselerasi) kendaraan, cara mengemudi kendaraan, pengereman dalam segala kondisi jalan, dan mengatasi slip saat membelok.

ESP pun akan mengantisipasi pengereman yang harus diterapkan pada setiap roda sesuai dengan putaran masing-masing roda, serta sekaligus menurunkan putaran mesin untuk menghindari kemungkinan slip, dan membuat mobil dapat tetap dikemudikan sesuai dengan kemauan pengemudi.

ESP, yang mencakup juga ASR (Automatic Slip Control) atau sensor kecepatan roda, yang memonitor slip yang dialami roda penggerak (drive-wheel) dalam akselerasi pada setiap kecepatan. ASR juga berhubungan dengan ABS (Anti-lock Braking System), yang memungkinkan mobil tetap bergerak secara terukur guna menghindari tabrakan, meskipun rem mobil dalam keadaan diinjak penuh.

Sensor-sensor yang melengkapi ABS, secara terukur menghentikan dan memutar roda, saat rem diinjak penuh, sehingga mobil tetap dapat menghindari benda yang berada di depannya, sesuai dengan putaran stir yang dilakukan pengemudi. Pada mobil-mobil yang tidak dilengkapi ABS, saat rem diinjak penuh, mobil tidak lagi dapat dikendalikan pengemudi. Mobil akan meluncur tidak terkendali, seperti benda mati.

Melihat paket teknologi yang menyertai mobil yang dinaiki Putri Diana, maka pertanyaannya adalah mengapa pengemudi mobil tidak dapat menghindari pilar beton pembatas itu? Mengapa setelah menabrak pilar beton, mobil tidak berhenti, tetapi malah meluncur dan membentur tembok terowongan?

Saat itu, kecepatan mobil diperkirakan 160 kilometer per jam, jauh di bawah kecepatan maksimalnya. Mobil berkapasitas mesin sebesar 5.987 cc dengan 12 silider mampu dipacu sampai sekitar 248 kilometer per jam. Dengan kemampuan akselerasi dari 0-100 kilometer per jam dalam 6,6 detik. Sedangkan S-280 kapasitas mesinnya 2.799 cc dengan enam silinder dengan kecepatan maksimum 215 kilometer per jam. Kemampuan akselerasi dari 0-100 kilometer sekitar 11 detik.

Data menyebutkan, jalan saat memasuki terowongan menurun dan agak menikung ke kanan, dan untuk menghindari kendaraan menerobos masuk ke alur jalan yang berlawanan, di pasang pilar-pilar beton sebagai pembatas. Dengan paket teknologi yang diterapkan pada mobil Mercedes Benz S-600, seharusnya kecelakaan yang terjadi di dalam terowongan di bawah Place de l'Alma bisa dihindari.

Apalagi lampu depan mobil itu menggunakan Xenon High Intensity Discharge atau sinar lampu berwarna biru-putih yang diperkuat intensitasnya. Dengan sinar lampu, yang mendekati cahaya pada siang hari itu, seharusnya pilar itu sudah terlihat dari jauh, sehingga bisa dihindari.

Di samping sistem pengamanan aktif seperti itu, mobil-mobil papan atas, termasuk Mercedes S-600, juga dilengkapi dengan pengamanan pasif. Antara lain, seperti kerangka mobil yang diperkuat, kantung udara (air bag) yang secara otomatis menggelembung saat mobil mengalami tabrakan, dan besi pengaman yang diletakkan pada pintu-pintu mobil, untuk mengamankan penumpang dari kemungkinan tabrakan dari samping.

Namun, pengamanan pasif, yang berulang kali diuji ketahanannya itu, hanya dapat melindungi penumpang secara penuh, apabila benturan itu terjadi dalam kecepatan sekitar 60 kilometer per jam. Tidak diketahui apakah kantung udara yang pada semua Mercedes Benz Kelas S terletak di depan dan di samping, dapat berfungsi meredam benturan pada kecepatan 160 kilometer per jam. Dalam beberapa kasus kecelakaan (bukan uji coba di pabrik), kantung udara malah menjadi 'pembunuh'. Karena pengemudi dan penumpangnya membentur kantung udara yang menggelembung dengan kecepatan dan tekanan yang tinggi.

Dalam keadaan darurat, atau keadaan yang tidak terhindarkan, fungsi pengamanan aktif adalah menurunkan kecepatan mobil sampai paling tidak dalam batas-batas yang dapat ditolerir oleh pengamanan pasif.
***

DALAM suatu kecelakaan, faktor (kesalahan) manusia menjadi faktor utama. Sebagus apa pun pengamanan yang melengkapi mobil, tetapi kalau pengemudinya tidak dapat diandalkan, maka semua pengamanan yang melengkapi kendaraan, baik aktif maupun pasif, menjadi percuma.

Melihat kerusakan yang dialami mobil yang dinaiki Diana-Dody, maka orang tidak mempunyai pendapat lain, kecuali kesalahan berada pada manusianya, atau tepatnya, pengemudinya. Apalagi dari data yang ada, diketahui bahwa pengemudi mobil itu bukanlah seorang pengemudi, melainkan personel keamanan. Sebab itu, diragukan apakah ia biasa mengendarai mobil dengan kecepatan sekitar 160 kilometer per jam.

Tidak semua orang dapat mengembangkan kecepatan sampai sekitar 160 km per jam, apalagi bukan di jalan bebas hambatan. Kecepatan 160 km per jam itu, sama dengan kecepatan mata mengedip. Dengan demikian, kelalaian sedikit saja, berisiko nyawa melayang.

Tanpa menutup adanya kemungkinan lain, tapi dari data yang ada, tidak ada kesimpulan lain yang bisa diambil, kecuali kesalahan manusia. Memang ada kemungkinan lain, di luar faktor kesalahan manusia, adalah pecahnya ban atau mobil itu disabotase. Sebab, pecahnya ban atau sabotase, akan mengakibatkan semua sistem pengamanan aktif tidak bekerja secara maksimal.

Namun, sampai saat terakhir kecenderungan ke arah itu kecil. Meskipun bukan tidak ada. Mobil Mercedes Benz S-600, seperti yang dikendarai Putri Diana dan Dody Al Fayed, juga masuk ke Jakarta. Menjelang berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Informal Pertama ASEAN 30 November 1996 di Lagoon Tower Jakarta Hilton Hotel, didatangkan 14 sedan Mercedes Benz S-600. Mobil-mobil itu kemudian dijual dengan harga sekitar Rp 2 milyar. (JL)




Artikel ini dimuat di harian
Kompas, 2 September 1997, halaman 1


Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda