i-MIEV, Mobil Listrik dari Mitsubishi
PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) yang menjadi agen tunggal pemegang merek (Mitsubishi) membawa mobil hibrid konsepnya yaitu I-MIEV ke Indonesia untuk dipamerkan pada Konferensi PBB tentang perubahan iklim di Bali pada 3-14 Desember 2007. Di antara mobil-mobil yang akan dipamerkan pada Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim yang diselenggarakan di Bali, 3-14 Desember 2007, terdapat sebuah mobil listrik, yakni i-MIEV, yang merupakan kependekan dari Mitsubishi Innovative Electric Vehicle.
Sedangkan huruf i di depan MIEV adalah untuk menggambarkan mobil itu didasarkan pada i minicar yang sangat populer di Jepang karena sosoknya yang unik. i-MIEV berukuran panjang 3,395 meter, lebar 1,475 meter, dan tinggi 1,600 meter. Mobil yang dapat memuat 4 orang itu digerakkan oleh motor listrik yang memiliki tenaga maksimum 63 PK dan torsi maksimum 180 Nm. Kecepatan maksimum mobil itu 130 kilometer per jam, dan dalam keadaan baterai terisi penuh, kemampuan jelajahnya 160 kilometer.
Setelah itu, baterai harus diisi (di-charge) kembali sampai penuh selama 7 jam untuk dapat menempuh perjalanan sejauh 160 kilometer lagi. Dalam keadaan darurat, pengisian (charging) bisa dilakukan tiga tahap dengan quick charger selama 30 menit, tetapi pengisian hanya 80 persen saja. Dengan demikian, kemampuan jelajahnya pun berkurang. Untuk penggunaan di kota, kemampuan jelajah 160 kilometer cukup ideal. Akan tetapi, jika digunakan seperti mobil biasa, yang sewaktu digunakan untuk melakukan perjalanan ke luar kota, maka penggunaan mobil itu tentunya tidak dianjurkan.
Mobil listrik memang merupakan dilema. Di satu sisi, mobil itu sama sekali tidak melepaskan emisi ke udara. Namun, di sisi lain listriknya diambil dari stop kontak (colokan listrik) di rumah atau kantor yang mendapatkan listrik dari pembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Namun, bukan itu yang membuat mobil listrik tidak sepopuler seperti yang diharapkan. Yang membuat mobil listrik kurang populer adalah karena keterbatasan kemampuan jelajahnya, dan lamanya waktu yang diperlukan untuk pengisian baterai kembali.
Pada mobil yang menyandang mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) yang menggunakan BBM, jarak tempuhnya secara relatif tak terhingga. Dalam keadaan tangki BBM penuh kemampuan jelajah mobil 350-500 kilometer (tergantung mobilnya). Jika persediaan BBM di tangki menipis, tinggal mengisi BBM kembali selama beberapa menit dan melanjutkan perjalanan. Bahkan, jika hendak bepergian ke wilayah yang tidak memiliki stasiun pengisian BBM untuk umum (SPBU), pengendara dapat membawa BBM dalam jeriken.
Mobil yang menggunakan BBM sulit untuk disaingi, tetapi penggantinya mau tak mau harus disiapkan. Cadangan minyak mentah di perut Bumi semakin menipis dan pada akhirnya akan habis. Di samping itu, emisi yang dilepaskan oleh mesin pembakaran internal yang menggunakan BBM juga mencemari lingkungan.
Salah satu gas emisi yang dilepas mesin yang menggunakan BBM adalah CO2, yang dipercaya meningkatkan panas Bumi. Perusahaan-perusahaan pembuat mobil pun tidak tinggal diam. Ada beberapa cara yang ditempuh, yakni, mengembangkan mobil listrik, mobil hibrida yang menggabungkan mesin BBM dengan motor listrik, mobil yang menggunakan bio-bahan bakar (bio-fuel), serta mengembangkan mobil fuel cell dan mobil berbahan bakar hidrogen.(JL)
Jakarta, 3 Desember 2007
Label: Mobil Listrik
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda