Mobil Listrik, Tak Lama Lagi
Dalam waktu satu-dua tahun lagi, mobil-mobil listrik akan berbaur dengan mobil-mobil hibrida dan mobil-mobil konvensional yang berbahan bakar minyak di jalan.
Pergerakan ke arah itu tampak dari mulai banyaknya perusahaan pembuat mobil terkemuka dunia yang memproduksi mobil-mobil listrik. Bahkan, Pemerintah Inggris dalam waktu dekat akan mengadakan uji coba mobil-mobil listrik di delapan kota untuk menjajaki kemungkinan penggunaan mobil-mobil tersebut untuk penggunaan sehari-hari.
Lebih dari 340 mobil akan berpartisipasi di dalam uji coba itu, termasuk Mitsubishi MiEV dan Mini E. Dan, Pemerintah Inggris memberikan dana 25 juta poundsterling (sekitar Rp 425 miliar) untuk mendukung proyek yang dilaksanakan Dewan Strategi Teknologi.
David Bott, Direktur Program Inovasi dari Dewan Strategi Teknologi, kepada BBC mengatakan, masa mobil-mobil listrik akan segera tiba. ”Mobil-mobil listrik sudah dapat dipercaya. Kami mencari mobil dengan jarak jelajah 250 kilometer dan memiliki kecepatan yang memadai.”
Ia menambahkan, ”Kami melibatkan berbagai mobil dan sistem di jalan untuk melihat bagaimana kinerjanya dalam penggunaan sehari-hari. Bukan hanya untuk apa yang dapat dilakukan mobil-mobil tersebut, tetapi juga apa yang tidak dapat dilakukan. Serta, bagaimana orang berinteraksi dengan mobil-mobil tersebut.”
Mobil hibrida ”plug-in”
Di antara mobil-mobil listrik yang diuji coba, terdapat beberapa mobil hibrida plug-in. Mobil hibrida plug-in adalah mobil listrik yang membawa mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) yang menggunakan bensin atau solar sebagai generator. Pada saat mobil diparkir di rumah, baterai diisi (di-charge) dengan mencolokkan steker ke dalam stop kontak.
Apabila mobil digunakan, listrik dalam baterai akan dialirkan kepada motor listrik yang berfungsi menggerakkan (menjalankan) mobil. Pada beberapa merek, dalam keadaan baterai penuh, mobil bisa melakukan perjalanan sejauh 100 kilometer, sebelum listrik diisi kembali.
Saat melakukan perjalanan, jika listrik pada baterai melemah, mesin pembakaran dalam akan menyala dan berfungsi sebagai generator untuk mengisi listrik baterai. Mesin pembakaran dalam yang disandang mobil hibrida plug-in, emisi CO2-nya tidak boleh melampaui 50 gram per kilometer.
Mobil-mobil pertama akan berada di jalan pada akhir tahun ini dan akan diuji coba selama 2 tahun. Mobil-mobil itu akan dipinjamkan kepada perseorangan dan akan diuji coba dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun. Dengan demikian, diharapkan data yang terkumpul benar-benar dapat diandalkan.
Baterai yang lebih baik
Semakin baiknya prospek penggunaan mobil listrik dalam waktu dekat itu, tidak terlepas dari semakin baiknya kualitas baterai. Baterai lithium-ion modern jauh lebih efisien daripada teknologi baterai lama. Baterai itu telah digunakan pada mobil-mobil prototipe seperti Mini E dari BMW dan Smart listrik dari Mercedes Benz. Namun, ukuran baterai tersebut tetaplah besar. Bahkan, kursi belakang pada Mini E terpaksa dilepaskan untuk dapat menampung baterai.
Desainer Mini E, Patrick Fuller, mengatakan, dengan menggunakan baterai tersebut, Mini E dapat digunakan untuk melakukan perjalanan sejauh 250 kilometer, sebelum baterai harus diisi kembali.
Menggunakan Mini E sama seperti menggunakan mobil biasa (konvensional). Mobil itu menawarkan jarak jelajah sejauh 250 kilometer, setelah baterai diisi selama dua jam, dan sudah tersedia bagi konsumen di Amerika Serikat yang siap membayar 850 dollar AS (sekitar Rp 8,5 juta) per bulan untuk berpartisipasi dalam uji coba tersebut.
Persoalan yang sama-sama dihadapi oleh mobil-mobil listrik adalah jarak jelajah yang terbatas. Baterai yang lebih baik hanya dapat menambah jarak jelajah dan memperpendek waktu untuk pengisian baterai.
Itu sebabnya, perlu dicarikan cara lain untuk mengatasinya. Dalam waktu dekat, mobil hibrida plug-in mungkin merupakan jawaban yang terbaik, mengingat dengan menggunakan mesin pembakaran dalam sebagai generator, jarak jelajah mobil hibrida plug-in menjadi tidak terbatas. Masalahnya, mobil hibrida plug-in masih mengeluarkan emisi.
Dalam jangka panjang, mobil fuel cell mungkin merupakan jawabannya. Mengingat mobil itu menggunakan hidrogen dan oksigen sebagai bahan baku dan bahan yang tersisa dari proses elektro-kimia (yang menghasilkan listrik untuk mengisi baterai) hanyalah air (H2O) dan panas. Benar-benar tidak memiliki emisi sama sekali atau nol emisi. (JL)
Artikel ini dimuat di harian Kompas, 26 Juni 2009, halaman 44
Pergerakan ke arah itu tampak dari mulai banyaknya perusahaan pembuat mobil terkemuka dunia yang memproduksi mobil-mobil listrik. Bahkan, Pemerintah Inggris dalam waktu dekat akan mengadakan uji coba mobil-mobil listrik di delapan kota untuk menjajaki kemungkinan penggunaan mobil-mobil tersebut untuk penggunaan sehari-hari.
Lebih dari 340 mobil akan berpartisipasi di dalam uji coba itu, termasuk Mitsubishi MiEV dan Mini E. Dan, Pemerintah Inggris memberikan dana 25 juta poundsterling (sekitar Rp 425 miliar) untuk mendukung proyek yang dilaksanakan Dewan Strategi Teknologi.
David Bott, Direktur Program Inovasi dari Dewan Strategi Teknologi, kepada BBC mengatakan, masa mobil-mobil listrik akan segera tiba. ”Mobil-mobil listrik sudah dapat dipercaya. Kami mencari mobil dengan jarak jelajah 250 kilometer dan memiliki kecepatan yang memadai.”
Ia menambahkan, ”Kami melibatkan berbagai mobil dan sistem di jalan untuk melihat bagaimana kinerjanya dalam penggunaan sehari-hari. Bukan hanya untuk apa yang dapat dilakukan mobil-mobil tersebut, tetapi juga apa yang tidak dapat dilakukan. Serta, bagaimana orang berinteraksi dengan mobil-mobil tersebut.”
Mobil hibrida ”plug-in”
Di antara mobil-mobil listrik yang diuji coba, terdapat beberapa mobil hibrida plug-in. Mobil hibrida plug-in adalah mobil listrik yang membawa mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) yang menggunakan bensin atau solar sebagai generator. Pada saat mobil diparkir di rumah, baterai diisi (di-charge) dengan mencolokkan steker ke dalam stop kontak.
Apabila mobil digunakan, listrik dalam baterai akan dialirkan kepada motor listrik yang berfungsi menggerakkan (menjalankan) mobil. Pada beberapa merek, dalam keadaan baterai penuh, mobil bisa melakukan perjalanan sejauh 100 kilometer, sebelum listrik diisi kembali.
Saat melakukan perjalanan, jika listrik pada baterai melemah, mesin pembakaran dalam akan menyala dan berfungsi sebagai generator untuk mengisi listrik baterai. Mesin pembakaran dalam yang disandang mobil hibrida plug-in, emisi CO2-nya tidak boleh melampaui 50 gram per kilometer.
Mobil-mobil pertama akan berada di jalan pada akhir tahun ini dan akan diuji coba selama 2 tahun. Mobil-mobil itu akan dipinjamkan kepada perseorangan dan akan diuji coba dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun. Dengan demikian, diharapkan data yang terkumpul benar-benar dapat diandalkan.
Baterai yang lebih baik
Semakin baiknya prospek penggunaan mobil listrik dalam waktu dekat itu, tidak terlepas dari semakin baiknya kualitas baterai. Baterai lithium-ion modern jauh lebih efisien daripada teknologi baterai lama. Baterai itu telah digunakan pada mobil-mobil prototipe seperti Mini E dari BMW dan Smart listrik dari Mercedes Benz. Namun, ukuran baterai tersebut tetaplah besar. Bahkan, kursi belakang pada Mini E terpaksa dilepaskan untuk dapat menampung baterai.
Desainer Mini E, Patrick Fuller, mengatakan, dengan menggunakan baterai tersebut, Mini E dapat digunakan untuk melakukan perjalanan sejauh 250 kilometer, sebelum baterai harus diisi kembali.
Menggunakan Mini E sama seperti menggunakan mobil biasa (konvensional). Mobil itu menawarkan jarak jelajah sejauh 250 kilometer, setelah baterai diisi selama dua jam, dan sudah tersedia bagi konsumen di Amerika Serikat yang siap membayar 850 dollar AS (sekitar Rp 8,5 juta) per bulan untuk berpartisipasi dalam uji coba tersebut.
Persoalan yang sama-sama dihadapi oleh mobil-mobil listrik adalah jarak jelajah yang terbatas. Baterai yang lebih baik hanya dapat menambah jarak jelajah dan memperpendek waktu untuk pengisian baterai.
Itu sebabnya, perlu dicarikan cara lain untuk mengatasinya. Dalam waktu dekat, mobil hibrida plug-in mungkin merupakan jawaban yang terbaik, mengingat dengan menggunakan mesin pembakaran dalam sebagai generator, jarak jelajah mobil hibrida plug-in menjadi tidak terbatas. Masalahnya, mobil hibrida plug-in masih mengeluarkan emisi.
Dalam jangka panjang, mobil fuel cell mungkin merupakan jawabannya. Mengingat mobil itu menggunakan hidrogen dan oksigen sebagai bahan baku dan bahan yang tersisa dari proses elektro-kimia (yang menghasilkan listrik untuk mengisi baterai) hanyalah air (H2O) dan panas. Benar-benar tidak memiliki emisi sama sekali atau nol emisi. (JL)
Artikel ini dimuat di harian Kompas, 26 Juni 2009, halaman 44
Label: Inovasi
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda