Mobil Hibrida "Plug-in" Alternatif Utama
Sampai saat ini, Toyota Motor Corporation menilai, mobil hibrida plug-in merupakan mobil alternatif utama bagi mobil yang menggunakan mesin pembakaran dalam yang menggunakan bensin sebagai bahan bakar. Mobil hibrida plug-in tidak memerlukan infrastruktur tambahan. Dengan demikian, begitu keluar dari pabrik, mobil itu langsung dapat
digunakan. Berbeda dengan mobil listrik dan mobil fuel cell yang memerlukan pembangunan infrastruktur tambahan.
Demikian pendapat Masato Kawai, Project Manager R&D Management
Division Toyota Motor Corporation, dalam perbincangan dengan wartawan
Indonesia di Tokyo, Jepang, Selasa (20/10) malam.
Ia menegaskan, mobil listrik, sampai saat ini, jarak jelajahnya
sangat terbatas dan waktu pengisian kembali tenaga listriknya sangat
lama (6-7 jam) sehingga dianggap kurang praktis untuk menggantikan
mobil yang menggunakan mesin pembakaran dalam, yang jarak jelajahnya
bisa dikatakan tidak terbatas. Selain itu, performa mobil listrik
jugabelum dapat menandingi mobil bermesin pembakaran dalam.
Sementara mobil fuel cell dari segi kepraktisan tidak kalah
daripada mobil bermesin pembakaran dalam karena jarak jelajahnya juga
tak terhingga. Namun, untuk mengoperasikan mobil fuel cell diperlukan
hidrogen dan juga perlu dibangun stasiun pengisian hidrogen di tempat
yang strategis. Dan, itu tentunya memerlukan investasi yang tidak
sedikit.
Yang paling praktis, paling tidak untuk saat ini, adalah mobil
hibrida plug-in. Pada mobil hibrida plug-in, yang berfungsi sebagai
penggerak adalah motor listrik yang memperoleh tenaga listrik dari
baterai, sedangkan mesin pembakaran dalam yang menggunakan bensin
hanya berfungsi sebagai generator untuk mengisi tenaga listrik di
baterai jika persediaan menipis.
Pada saat mobil diparkir dirumah atau di kantor untuk waktu yang
lama, pengisian baterai bisa dilakukan dengan mencolokkan steker ke
stop kontak.
Jika pengisian baterai belum mencukupi dan mobil sudah harus
digunakan, fungsi pengisian tenaga listrik akan diambil alih oleh
mesin pembakaran dalam. Sama seperti mobil konvensional, jarak jelajah
mobil hibrida plug-in tidak terbatas. Mengingat mobil hibrida plug-in
memiliki sumber listriknya sendiri, yang pengisian bahan bakarnya
dapat dilakukan di SPBU yang sudah ada. Demikian juga stop kontak di
rumah atau di kantor.
Karena mesin pembakaran dalam pada hibrida plug-in hanya digunakan
sebagai generator, kapasitasnya tidak besar sehingga hemat dalam
mengonsumsi bahan bakar dan emisinya ramah lingkungan.
Persoalannya adalah mobil hibrida plug-in perlu bahan bakar lain
jika cadangan minyak mentah di perut bumi sudah habis. Mungkin bio-
fuel bisa merupakan alternatif bahan bakar.(JL)
Artikel ini dimuat di harian Kompas, 23 Oktober 2009, halaman 36
digunakan. Berbeda dengan mobil listrik dan mobil fuel cell yang memerlukan pembangunan infrastruktur tambahan.
Demikian pendapat Masato Kawai, Project Manager R&D Management
Division Toyota Motor Corporation, dalam perbincangan dengan wartawan
Indonesia di Tokyo, Jepang, Selasa (20/10) malam.
Ia menegaskan, mobil listrik, sampai saat ini, jarak jelajahnya
sangat terbatas dan waktu pengisian kembali tenaga listriknya sangat
lama (6-7 jam) sehingga dianggap kurang praktis untuk menggantikan
mobil yang menggunakan mesin pembakaran dalam, yang jarak jelajahnya
bisa dikatakan tidak terbatas. Selain itu, performa mobil listrik
jugabelum dapat menandingi mobil bermesin pembakaran dalam.
Sementara mobil fuel cell dari segi kepraktisan tidak kalah
daripada mobil bermesin pembakaran dalam karena jarak jelajahnya juga
tak terhingga. Namun, untuk mengoperasikan mobil fuel cell diperlukan
hidrogen dan juga perlu dibangun stasiun pengisian hidrogen di tempat
yang strategis. Dan, itu tentunya memerlukan investasi yang tidak
sedikit.
Yang paling praktis, paling tidak untuk saat ini, adalah mobil
hibrida plug-in. Pada mobil hibrida plug-in, yang berfungsi sebagai
penggerak adalah motor listrik yang memperoleh tenaga listrik dari
baterai, sedangkan mesin pembakaran dalam yang menggunakan bensin
hanya berfungsi sebagai generator untuk mengisi tenaga listrik di
baterai jika persediaan menipis.
Pada saat mobil diparkir dirumah atau di kantor untuk waktu yang
lama, pengisian baterai bisa dilakukan dengan mencolokkan steker ke
stop kontak.
Jika pengisian baterai belum mencukupi dan mobil sudah harus
digunakan, fungsi pengisian tenaga listrik akan diambil alih oleh
mesin pembakaran dalam. Sama seperti mobil konvensional, jarak jelajah
mobil hibrida plug-in tidak terbatas. Mengingat mobil hibrida plug-in
memiliki sumber listriknya sendiri, yang pengisian bahan bakarnya
dapat dilakukan di SPBU yang sudah ada. Demikian juga stop kontak di
rumah atau di kantor.
Karena mesin pembakaran dalam pada hibrida plug-in hanya digunakan
sebagai generator, kapasitasnya tidak besar sehingga hemat dalam
mengonsumsi bahan bakar dan emisinya ramah lingkungan.
Persoalannya adalah mobil hibrida plug-in perlu bahan bakar lain
jika cadangan minyak mentah di perut bumi sudah habis. Mungkin bio-
fuel bisa merupakan alternatif bahan bakar.(JL)
Artikel ini dimuat di harian Kompas, 23 Oktober 2009, halaman 36
Label: mobil hibrida
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda