Senin, 27 Oktober 2008

Nama itu Penting…, atau Tidak Penting

Apa arti sebuah nama? Itu adalah ungkapan pujangga kenamaan Inggris, William Shakespeare. Dalam salah satu adegan drama Romeo dan Juliet ada dialog di mana Juliet mengatakan, ”Apa arti sebuah nama? Bukankah bila kita memberi nama bunga mawar dengan nama lain, bunga itu tetaplah indah dan berbau harum.”


Foto: Mercedes Benz C-Class
dipasarkan dengan nama
yang sama di mana pun


Yang ingin digarisbawahi oleh Shakespeare adalah nama itu tidak penting mengingat apa pun nama yang diberikan kepada suatu benda, orang akan mencarinya jika benda itu memang bagus. Demikian juga sebaliknya. Sebagus apa pun nama yang diberikan pada suatu benda, jika benda itu tidak bagus, orang akan mengabaikannya.

Namun, para petinggi otomotif, termasuk di Indonesia, tampaknya tidak sepakat dengan Shakespeare. Menurut mereka, nama itu sangat penting karena pemberian sebuah nama akan memengaruhi sukses atau tidaknya penjualan sebuah mobil di pasar.

Akan tetapi, sulit dibuktikan pendapat mana yang benar. Sama sulitnya seperti membuktikan apa yang lebih dahulu ada, telur atau ayam. Itu sebabnya, banyak orang yang bertanya-tanya, seandainya Honda Jazz masuk ke Indonesia dengan nama Honda Fit, seperti nama yang digunakan di Eropa, akankah hatchback subkompak itu akan selaris seperti sekarang? Sulit untuk menjawabnya karena hatchback subkompak itu sudah telanjur menggunakan nama Honda Jazz.

Namun, benarkah nama mobil yang dijual di Indonesia harus menggunakan nama yang berbeda dengan nama mobil yang sama yang dijual di Eropa atau di negara-negara lain?
Itu juga sulit untuk menjawabnya. Lihat saja SX4 Crossover (X-Over), sport utility vehicle (SUV) subkompak dari Suzuki. SUV subkompak itu masuk ke Indonesia dengan menggunakan nama yang sama seperti yang digunakan di seluruh dunia dan laris manis. Saking larisnya, SUV subkompak itu kemudian langsung dirakit di dalam negeri.
Namun, versi sedannya, yang dijual dengan nama Neo Baleno, tidaklah sesukses versi SUV-nya, SX4 Crossover. Mungkinkah jika versi sedannya dijual dengan nama SX4 sedan, mobil itu akan laris dijual di negara ini? Pertanyaan itu juga sulit untuk dijawab.

Nilai komersial
Setiap mobil yang diproduksi sesungguhnya sudah mempunyai nama. Akan tetapi, banyak orang yang beranggapan bahwa nama yang diberikan tidak selalu memiliki nilai komersial. Nilai komersial itu berbeda-beda dari satu negara ke negara yang lain atau dari satu kawasan ke kawasan yang lain.

Para petinggi General Motors di Detroit, Amerika Serikat, termasuk di antaranya. Itu sebabnya, setiap produk General Motors dijual dengan menggunakan merek yang berbeda-beda, sesuai dengan merek produk mereka yang dianggap populer di negara tempat produk tersebut dijual.



Foto: Volkswagen pun selalu
muncul dengan nama sama

Misalnya di Indonesia, Zafira dijual dengan nama Chevrolet Zafira. Di Eropa, Zafira dijual dengan nama Opel Zafira, di Inggris dan beberapa nama negara persemakmuran, Zafira dijual dengan nama Vauxhall Zafira, sedangkan di Australia dan Selandia Baru dengan nama Holden Zafira.

Pada awalnya di Singapura, Zafira menggunakan nama Opel Zafira, tetapi kemudian berubah menjadi Chevrolet Zafira setelah General Motors menilai bahwa di Asia Tenggara dan Asia Timur merek Chevrolet lebih bergengsi daripada Opel. Itu pula yang menyebabkan di Indonesia nama Opel Blazer pun lalu diganti menjadi Chevrolet Blazer.
Para petinggi di Mitsubishi pun tidak jauh berbeda. Mitsubishi Pajero, di Amerika Serikat dan Amerika Selatan dikenal dengan nama Mitsubishi Montero. Namun, karena kedua nama itu akhirnya menjadi sama populernya, maka SUV Mitsubishi yang turun di reli Dakar kini menggunakan Mitsubishi Pajero-Montero. Demikian juga dengan Mitsubishi Outlander, di Jepang dijual dengan nama Mitsubishi Airtrek.

Nama Suzuki Swift, yang kini akrab di telinga orang Indonesia, pada masa lalu dijual di negara ini dengan nama Suzuki Forsa. Padahal, pada saat yang sama, di Singapura dan Thailand mobil yang sama dijual dengan nama Suzuki Swift. Nissan pun tidak berbeda. Nissan Livina, model setir kirinya yang dibuat di China, dijual dengan nama Nissan Geniss.

Namun, tidak semua petinggi perusahaan pembuat mobil berpendapat sama dengan petinggi General Motors, Mitsubishi, Suzuki, dan Nissan. Mazda dan Subaru menjual produknya di seluruh dunia dengan nama yang sama. Demikian juga dengan perusahaan pembuat mobil Eropa dan Amerika Serikat lainnya. Simak saja Mercedes Benz, BMW, Audi, Volkswagen, Volvo, Jaguar, dan lain-lain menggunakan nama yang sama untuk menjual masing-masing produk mereka di seluruh dunia.



Foto: Volvo pun mengikuti
jejak Mercedes dan Volkswagen

Misalnya Mercedes Benz C-Class, BMW Serie 3, Audi A4, Volvo S60, Jaguar S-Type, dan Volkswagen Golf dijual dengan nama yang sama di bagian dunia mana pun dan penjualannya pun laris manis.

Namun, itu semua juga tidak membuktikan bahwa nama itu tidak penting mengingat sama sulitnya untuk membuktikan akankah Mercedes, BMW, atau Audi sesukses seperti sekarang jikalau dahulu mereka menggunakan nama yang lain. Jadi, … nama itu penting atau tidak penting… sulit untuk menjawabnya! (JL)

Artikel ini dimuat di harian Kompas, 27 Oktober 2008, halaman 36

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda