Menjajal 370Z di Udara Dingin
Tanggal 20 Januari 2009. Jam menunjukkan waktu pukul 06.30. Langit masih gelap, suasana di lobi Hilton Odawara Hotel, Jepang, pun masih sepi. Wartawan otomotif Indonesia meninggalkan lobi, memasuki Nissan Elgrand yang akan membawa mereka ke Izu Cycle Sport Center, Shizuoka, Kanagawa, yang masa tempuhnya sekitar 50 menit perjalanan dengan mobil.
Pukul 07.25, mobil yang membawa wartawan Indonesia memasuki area Izu Cycle Sport Center dan berhenti di depan tribune. Di belakang Elgrand berbaris tiga unit Fairlady 370Z, dua unit menggunakan persneling manual dengan 6 tingkat kecepatan dan satu unit menggunakan persneling otomatik dengan 7 tingkat kecepatan yang dilengkapi mode manual dan paddleshifter.
Ketiga mobil sport dari Nissan itu tampak sangat sporty berkat
penggunaan ban berukuran 245/40 R19 di depan dan 275/35 R19 di
belakang.
Walaupun Izu Cycle Sport Center sesungguhnya adalah arena balap
sepeda, tetapi cocok digunakan untuk arena menjajal performa 370Z
mengingat lintasan yang panjangnya 5 kilometer itu cukup lebar untuk
digunakan oleh mobil.
Penunjuk suhu udara di Izu Cycle Sport Center menunjukkan angka 3
derajat celsius. Belum lagi udara dingin itu juga yang dibarengi angin
yang cukup keras. Meskipun demikian, semua itu tidak mengurangi
semangat wartawan otomotif Indonesia untuk menjajal performa 370Z
roadster, mobil sport yang memiliki dua pintu dan dua kursi. Apalagi,
kemudian suhu pun meningkat sampai 8 derajat celsius.
Untuk kesempatan pertama, Kompas mendapatkan kesempatan untuk
menjajal 370Z yang menggunakan persneling manual dengan 6 tingkat
kecepatan. Agar segala sesuatunya berlangsung dengan aman, uji
performa 370Z itu menggunakan lead car di depan. Ketiga mobil yang
diuji coba itu tidak diperkenankan menyusul lead car dan untuk setiap
mobil wartawan otomotif diberikan kesempatan untuk menyelesaikan dua
lap sebelum menukar mobil.
370Z menggunakan kunci pintar (intelligent key) yang berbentuk
remote control. Setelah duduk, menyetel tempat duduk, dan mengenakan
sabuk pengaman, barulah mesin dinyalakan. Untuk menghidupkan mesin,
pengendara menekan tombol start stop engine yang terletak dashboard di
kiri bawah setir dengan menginjak pedal kopling buat yang
berpersneling manual atau menginjak pedal rem buat yang berpersneling
otomatik. Derum suara mesin berkapasitas 3.7 Liter yang menerobos
halus ke kokpit menimbulkan sensasi tersendiri.
Mudah dipacu
Aba-aba start pun diberikan. Pedal kopling langsung diinjak dalam
dan tangkai persneling langsung dipindahkan ke posisi gigi 1. Begitu
pedal kopling diangkat mobil pun melesat cepat. Dengan sangat mudah
kecepatan ditingkatkan sampai 100 kilometer per jam.
Lead car memimpin di depan dengan kecepatan rata-rata 100
kilometer per jam. Sebab itu, hanya dengan memperpanjang jarak dengan
lead car, mobil bisa dipacu hingga 140 kilometer per jam. Akan tetapi,
itu hanya berlangsung beberapa detik, kecepatan harus diturunkan
kembali. Walaupun gigi persneling tersedia sampai gigi 6, tetapi gigi
itu tidak sempat digunakan. Posisi tertinggi adalah gigi 5, tetapi itu
pun hanya sebentar, sebelum diturunkan kembali ke gigi 4 atau 3.
Dengan mengoperasikan synchronized rev control, pengendara dapat
berakselerasi secara cepat dan ringan. Mengingat synchronized rev
control memungkinkan putaran mesin mencapai tingkat optimal hingga
sesuai dengan perpindahan gigi persneling yang diinginkan pengendara.
Pada mobil yang menggunakan persneling otomatik juga dilengkapi
mode manual dengan 7 tingkat kecepatan hingga pengendara dimungkinkan
untuk menaikkan atau menurunkan gigi persneling secara manual sesuai
dengan keinginannya. Baik dengan memajukan atau memundurkan tangkai
persneling, maupun dengan menggunakan pedal-pedal kecil di setir.
Saat menyelesaikan lintasan sepanjang 5 kilometer itu terasa bahwa
370Z menapak erat di permukaan jalan. Itu berkat campur tangan vehicle
dynamic control (VDC) yang dipadu dengan traction control. Suspensi
yang keras (rigid), yang dipersyaratkan mobil sport, membuat gejala
limbung ditekan seminimal mungkin. Memang kecepatan tidak sempat
dipacu hingga ke batas maksimum serta fungsi VDC dan traction control
itu pun tidak diperkenankan untuk dinonaktifkan sehingga 370Z tidak
sempat dicoba secara ekstrem.
Mengendarai 370Z yang berpersneling otomatik, tidak kalah
mengasyikkan, dengan melakukan kick down (menginjak pedal gas dalam-
dalam), mobil langsung melesat dengan cepatnya. Dengan cepat, mobil
menempel dua mobil lain yang dipacu di depannya. Rem yang prima
membuat mobil dapat menjaga jarak yang sama dengan mobil di depan,
kendati irama kecepatan mobil tersebut berubah-ubah.
370Z itu dilengkapi dengan sound system BOSE yang mampu
menghadirkan orkestra di kokpit. Kesenyapan di dalam kokpit 370Z
menjadikan pengendara dapat menikmati orkestra dengan utuh.
Rasanya masih ingin menjajal 370Z di suhu yang dingin itu, tetapi
sayang waktu untuk bergabung dengan wartawan otomotif dari negara lain
sudah tiba sehingga rombongan harus meninggalkan Izu Cycle Sport
Center.(JL)
Artikel ini dimuat di harian Kompas, 29 Januari 2009, halaman 35
Pukul 07.25, mobil yang membawa wartawan Indonesia memasuki area Izu Cycle Sport Center dan berhenti di depan tribune. Di belakang Elgrand berbaris tiga unit Fairlady 370Z, dua unit menggunakan persneling manual dengan 6 tingkat kecepatan dan satu unit menggunakan persneling otomatik dengan 7 tingkat kecepatan yang dilengkapi mode manual dan paddleshifter.
Ketiga mobil sport dari Nissan itu tampak sangat sporty berkat
penggunaan ban berukuran 245/40 R19 di depan dan 275/35 R19 di
belakang.
Walaupun Izu Cycle Sport Center sesungguhnya adalah arena balap
sepeda, tetapi cocok digunakan untuk arena menjajal performa 370Z
mengingat lintasan yang panjangnya 5 kilometer itu cukup lebar untuk
digunakan oleh mobil.
Penunjuk suhu udara di Izu Cycle Sport Center menunjukkan angka 3
derajat celsius. Belum lagi udara dingin itu juga yang dibarengi angin
yang cukup keras. Meskipun demikian, semua itu tidak mengurangi
semangat wartawan otomotif Indonesia untuk menjajal performa 370Z
roadster, mobil sport yang memiliki dua pintu dan dua kursi. Apalagi,
kemudian suhu pun meningkat sampai 8 derajat celsius.
Untuk kesempatan pertama, Kompas mendapatkan kesempatan untuk
menjajal 370Z yang menggunakan persneling manual dengan 6 tingkat
kecepatan. Agar segala sesuatunya berlangsung dengan aman, uji
performa 370Z itu menggunakan lead car di depan. Ketiga mobil yang
diuji coba itu tidak diperkenankan menyusul lead car dan untuk setiap
mobil wartawan otomotif diberikan kesempatan untuk menyelesaikan dua
lap sebelum menukar mobil.
370Z menggunakan kunci pintar (intelligent key) yang berbentuk
remote control. Setelah duduk, menyetel tempat duduk, dan mengenakan
sabuk pengaman, barulah mesin dinyalakan. Untuk menghidupkan mesin,
pengendara menekan tombol start stop engine yang terletak dashboard di
kiri bawah setir dengan menginjak pedal kopling buat yang
berpersneling manual atau menginjak pedal rem buat yang berpersneling
otomatik. Derum suara mesin berkapasitas 3.7 Liter yang menerobos
halus ke kokpit menimbulkan sensasi tersendiri.
Mudah dipacu
Aba-aba start pun diberikan. Pedal kopling langsung diinjak dalam
dan tangkai persneling langsung dipindahkan ke posisi gigi 1. Begitu
pedal kopling diangkat mobil pun melesat cepat. Dengan sangat mudah
kecepatan ditingkatkan sampai 100 kilometer per jam.
Lead car memimpin di depan dengan kecepatan rata-rata 100
kilometer per jam. Sebab itu, hanya dengan memperpanjang jarak dengan
lead car, mobil bisa dipacu hingga 140 kilometer per jam. Akan tetapi,
itu hanya berlangsung beberapa detik, kecepatan harus diturunkan
kembali. Walaupun gigi persneling tersedia sampai gigi 6, tetapi gigi
itu tidak sempat digunakan. Posisi tertinggi adalah gigi 5, tetapi itu
pun hanya sebentar, sebelum diturunkan kembali ke gigi 4 atau 3.
Dengan mengoperasikan synchronized rev control, pengendara dapat
berakselerasi secara cepat dan ringan. Mengingat synchronized rev
control memungkinkan putaran mesin mencapai tingkat optimal hingga
sesuai dengan perpindahan gigi persneling yang diinginkan pengendara.
Pada mobil yang menggunakan persneling otomatik juga dilengkapi
mode manual dengan 7 tingkat kecepatan hingga pengendara dimungkinkan
untuk menaikkan atau menurunkan gigi persneling secara manual sesuai
dengan keinginannya. Baik dengan memajukan atau memundurkan tangkai
persneling, maupun dengan menggunakan pedal-pedal kecil di setir.
Saat menyelesaikan lintasan sepanjang 5 kilometer itu terasa bahwa
370Z menapak erat di permukaan jalan. Itu berkat campur tangan vehicle
dynamic control (VDC) yang dipadu dengan traction control. Suspensi
yang keras (rigid), yang dipersyaratkan mobil sport, membuat gejala
limbung ditekan seminimal mungkin. Memang kecepatan tidak sempat
dipacu hingga ke batas maksimum serta fungsi VDC dan traction control
itu pun tidak diperkenankan untuk dinonaktifkan sehingga 370Z tidak
sempat dicoba secara ekstrem.
Mengendarai 370Z yang berpersneling otomatik, tidak kalah
mengasyikkan, dengan melakukan kick down (menginjak pedal gas dalam-
dalam), mobil langsung melesat dengan cepatnya. Dengan cepat, mobil
menempel dua mobil lain yang dipacu di depannya. Rem yang prima
membuat mobil dapat menjaga jarak yang sama dengan mobil di depan,
kendati irama kecepatan mobil tersebut berubah-ubah.
370Z itu dilengkapi dengan sound system BOSE yang mampu
menghadirkan orkestra di kokpit. Kesenyapan di dalam kokpit 370Z
menjadikan pengendara dapat menikmati orkestra dengan utuh.
Rasanya masih ingin menjajal 370Z di suhu yang dingin itu, tetapi
sayang waktu untuk bergabung dengan wartawan otomotif dari negara lain
sudah tiba sehingga rombongan harus meninggalkan Izu Cycle Sport
Center.(JL)
Artikel ini dimuat di harian Kompas, 29 Januari 2009, halaman 35
Label: Test Drive
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda