Sabtu, 21 November 2009

730 Li, Varian Serie 7 Baru dari BMW

Pedal gas diinjak dalam-dalam dan BMW 730 Li melesat cepat di Jalan Tol Jagorawi, pekan lalu. Sore itu Jalan Tol Jagorawi agak lengang hingga perjalanan menuju Jakarta berlangsung singkat. Memang di beberapa ruas jalan laju mobil sempat tertahan sejenak karena ada beberapa mobil yang melaju lambat di lajur paling kanan, tetapi selebihnya perjalanan bisa dikatakan sangat lancar.


Hujan lebat yang turun sejak berangkat dari Cimory, Bogor, membuat mobil-mobil meluncur lambat. Baik itu di ruas jalan pegunungan di kawasan Mega Mendung, Bogor, maupun di ruas Jalan Tol Jagorawi. Dengan demikian, 730 Li dapat dengan mudah dipacu mendahului mobil-mobil tersebut.

Dengan menggunakan rain sensor yang ditempatkan di kaca depan, di balik kaca spion dalam, kecepatan wiper disesuaikan dengan banyaknya tetesan air yang menerpa kaca depan sehingga pandangan pengendara ke depan sangat jelas.

Pada hari itu hujan deras turun merata hingga ke Jakarta. Bahkan, saat mobil melintas di ruas jalan Pondok Indah, genangan air di permukaan jalan cukup tinggi. Namun, 730 Li tidak mengalami kesulitan untuk melintasi ruas jalan itu.



Cukup bertenaga
Memang tenaga dan torsi yang dihasilkan mesin 3.0 Liter (2.996 cc) yang disandang BMW 730 Li tidaklah sedahsyat tenaga yang dihasilkan mesin 4.4 Liter (4.395 cc) yang diperkuat dua turbocharger yang disandang BMW 750 Li.

Namun, mesin 3.0 Liter, 6 silinder segaris itu cukup bertenaga sebagai penggerak sedan papan atas fullsize. Dan, karena mesin yang disandang 730 Li itu naturally aspirated, atau tidak diperkuat turbocharger, maka penyaluran tenaga dan torsi dari mesin ke roda belakang melalui persneling otomatik dengan 6 tingkat kecepatan berlangsung stabil pada setiap putaran mesin. Dan, penggunaan teknologi steptronic membuat pengendara dalam melakukan pergantian gigi persneling secara manual tanpa kehadiran kopling.

Injakan kaki ringan pada pedal gas 730 Li langsung membuat mobil melesat cepat. Dan, penggunaan dynamic stability control (DSC) membuat 730 Li dapat melaju cepat di permukaan jalan yang basah dengan aman dan nyaman.

BMW 730 Li dapat disetel dengan tiga mode pengendaraan, yakni comfort (nyaman), normal, sport, dan sport II (pada mode ini, fungsi DSC dinonaktifkan sehingga mobil dapat melakukan manuver ekstrem).

Mesin 3.0 Liter, 6 silinder segaris, yang disandang 730 Li, menghasilkan tenaga maksimum 258 PK pada 6.600 rpm, dan torsi maksimum 310 Nm pada 2.600 rpm. Kecepatan 100 kilometer per jam dari posisi berhenti dapat dicapai dalam waktu 7,8 detik. Kecepatan maksimum yang dapat dicapai 730 Li adalah 245 kilometer per jam. Klaim pabrik menyebutkan, dengan 1 liter bensin, 730 Li dapat menempuh perjalanan sejauh 10,2 kilometer.

Lincah
Karakter BMW sebagai mobil terbaik yang dibuat dari sudut pandang pengendara juga melekat erat pada 730 Li. Itu menjadikan 730 Li bukan hanya mobil yang asyik bagi penumpang yang duduk di kursi belakang, melainkan juga asyik bagi pengendara.

Itu sebabnya, walaupun sosok 730 Li termasuk sedan papan atas fullsize yang berukuran panjang 5,212 meter, lebar 2,134 meter, dan tinggi 1,478 meter, tetapi mobil itu dapat dengan mudah digunakan untuk melintas di ruas jalan yang sempit. Bahkan, 730 Li tidak kalah lincah dibandingkan dengan mobil-mobil papan atas midsize.



Kehadiran 730 Li dimaksudkan untuk memperlebar rentang model BMW Serie 7 yang
dipasarkan di Indonesia. Sejak Februari lalu, PT BMW Indonesia telah memasarkan 750 Li dan 740 Li. Dengan kehadiran 730 Li, PT BMW Indonesia berharap dapat menjangkau kalangan yang lebih luas. Fitur yang disandang 730 Li memang tidak selengkap 750 Li dan 740 Li yang dipasarkan sejak Februari lalu. Itu membuat harga jual 730 Li hanya Rp 1, 759 miliar, jauh di bawah harga jual 750 Li yang mencapai Rp 2,658 miliar dan 740 Li yang mencapai Rp 2,127 miliar. (JL)

Artikel ini dimuat di harian Kompas, 20 November 2009, halaman 40

Label:

Selasa, 03 November 2009

Mobil Hibrida "Plug-in" Alternatif Utama

Sampai saat ini, Toyota Motor Corporation menilai, mobil hibrida plug-in merupakan mobil alternatif utama bagi mobil yang menggunakan mesin pembakaran dalam yang menggunakan bensin sebagai bahan bakar. Mobil hibrida plug-in tidak memerlukan infrastruktur tambahan. Dengan demikian, begitu keluar dari pabrik, mobil itu langsung dapat
digunakan. Berbeda dengan mobil listrik dan mobil fuel cell yang memerlukan pembangunan infrastruktur tambahan.
Demikian pendapat Masato Kawai, Project Manager R&D Management
Division Toyota Motor Corporation, dalam perbincangan dengan wartawan
Indonesia di Tokyo, Jepang, Selasa (20/10) malam.


Ia menegaskan, mobil listrik, sampai saat ini, jarak jelajahnya
sangat terbatas dan waktu pengisian kembali tenaga listriknya sangat
lama (6-7 jam) sehingga dianggap kurang praktis untuk menggantikan
mobil yang menggunakan mesin pembakaran dalam, yang jarak jelajahnya
bisa dikatakan tidak terbatas. Selain itu, performa mobil listrik
jugabelum dapat menandingi mobil bermesin pembakaran dalam.
Sementara mobil fuel cell dari segi kepraktisan tidak kalah
daripada mobil bermesin pembakaran dalam karena jarak jelajahnya juga
tak terhingga. Namun, untuk mengoperasikan mobil fuel cell diperlukan
hidrogen dan juga perlu dibangun stasiun pengisian hidrogen di tempat
yang strategis. Dan, itu tentunya memerlukan investasi yang tidak
sedikit.
Yang paling praktis, paling tidak untuk saat ini, adalah mobil
hibrida plug-in. Pada mobil hibrida plug-in, yang berfungsi sebagai
penggerak adalah motor listrik yang memperoleh tenaga listrik dari
baterai, sedangkan mesin pembakaran dalam yang menggunakan bensin
hanya berfungsi sebagai generator untuk mengisi tenaga listrik di
baterai jika persediaan menipis.
Pada saat mobil diparkir dirumah atau di kantor untuk waktu yang
lama, pengisian baterai bisa dilakukan dengan mencolokkan steker ke
stop kontak.
Jika pengisian baterai belum mencukupi dan mobil sudah harus
digunakan, fungsi pengisian tenaga listrik akan diambil alih oleh
mesin pembakaran dalam. Sama seperti mobil konvensional, jarak jelajah
mobil hibrida plug-in tidak terbatas. Mengingat mobil hibrida plug-in
memiliki sumber listriknya sendiri, yang pengisian bahan bakarnya
dapat dilakukan di SPBU yang sudah ada. Demikian juga stop kontak di
rumah atau di kantor.
Karena mesin pembakaran dalam pada hibrida plug-in hanya digunakan
sebagai generator, kapasitasnya tidak besar sehingga hemat dalam
mengonsumsi bahan bakar dan emisinya ramah lingkungan.
Persoalannya adalah mobil hibrida plug-in perlu bahan bakar lain
jika cadangan minyak mentah di perut bumi sudah habis. Mungkin bio-
fuel bisa merupakan alternatif bahan bakar.(JL)

Artikel ini dimuat di harian Kompas, 23 Oktober 2009, halaman 36

Label:

Toyota Kembali Memproduksi Mobil Sport

Banyaknya jumlah perusahaan pembuat mobil yang absen dari ajang pameran keempat terbesar di dunia tidak membuat perusahaan pembuat mobil asal Jepang, Toyota, berkecil hati. Bahkan, dalam Tokyo Motor Show 2009 yang berlangsung 23 Oktober-4 November, Toyota memperkenalkan dua model mobil sport terbarunya, yakni Toyota FT-86 Concept dan Lexus LFA.



Krisis ekonomi global yang diawali krisis keuangan di Amerika
Serikat membuat banyak perusahaan mobil terkena dampaknya. Tidak heran
di luar perusahaan pembuat mobil Jepang (Toyota, Nissan, Honda,
Mitsubishi, Mazda, Suzuki, Subaru, dan Daihatsu), hanya hadir Lotus
(Inggris) dan Alpina, rumah modifikasi BMW.

Pada press day hari pertama, Rabu (21/10), di Makuhari Messe,
Chiba, bagian timur Tokyo, Jepang, Presiden Toyota Motor Corporation
Akio Toyoda dalam pidatonya mengatakan, FT-86 Concept adalah mobil
sport konsep compact keluaran Toyota Motor Corporation (TMC) yang
menggunakan penggerak ban belakang. TMC telah meluncurkan banyak mobil
sport pada masa lalu, termasuk Levin dan Trueno model 86 atau hachi
roku, seperti Supra, Altezza, dan MR-S.



"Kenyataan bahwa tidak satu pun dari model-model itu yang masih
diproduksi pada saat ini membuat saya, sebagai penggila mobil sejati,
benar-benar sedih," ujarnya.

Ia menambahkan, "Sering dikatakan, kaum muda telah menjauhkan
perhatian mereka dari mobil, tetapi saya merasa, mungkin bukan mereka
yang meninggalkan mobil, tetapi kamilah sebagai perusahaan pembuat
mobil yang meninggalkan mereka. Itu sebabnya, saya percaya bahwa misi
perusahaan pembuat mobil adalah menyediakan mobil yang asyik
dikendarai bagi konsumen. Dan, FT-86 memiliki itu."

FT-86 Concept mengembangkan keasyikan intrinsik yang disediakan
oleh sebuah mobil, seperti pedal gas (akselerator) dan setir yang
secara presisi mengendalikan mobil seperti yang diinginkan pengendara,
serta keinginan lebih untuk berkendara. Semua itu akan disediakan bagi
konsumen secepatnya.

FT-86 Concept merupakan kerja bareng Toyota dengan Subaru. Itu
sebabnya, tidak heran jika FT-86 menyandang mesin berkapasitas 2.0
Liter, 4 silinder dalam konfigurasi horizontal berlawanan (mendatar),
yang populer dengan sebutan boxer.

Kedua adalah Lexus LFA, mobil super yang keasyikan pengendaraannya
disempurnakan di sirkuit Nurburgring, Jerman, termasuk suara deruman
mesin yang didengar telinga pengendara dan menggabungkan berbagai
kualitas tinggi yang sesuai dengan karakter Lexus.

"LFA akan mulai dipasarkan pada akhir tahun 2010, dan kamiakan
membatasi produksinya di dunia pada 500 unit saja. Untuk memiliki
mobil yang menyatu dengan orang dan masyarakat selama lebih dari 100
tahun mendatang, TMC akan melanjutkan membuat mobil yang secara
optimal menyatukan mimpi dan keinginan orang banyak, serta apa yang
diinginkan orang banyak," ujar Toyoda, cucu pendiri Toyota Motor
Corporation, Kiichiro Toyoda.

Ia mengatakan, "Saya secara pribadi terlibat dalam pengembangan
cita rasa LFA dari awal. Saya percaya bahwa Lexus memberikan cita rasa
tertinggi yang dicari oleh orang-orang yang akrab dengan hal-hal yang
sejati. Sekali mereka merasakan cita rasa itu, cita rasa itu akan
tetap melekat seumur hidup mereka."

LFA menyandang mesin berkapasitas 4.8 Liter, 10 silinder dalam
konfigurasi V (V10). Mesin itu menghasilkan tenaga maksimum 552 PK dan
torsi maksimum 480 Nm, dengan batas garis merah putaran mesin pada
9.000 putaran mesin per menit (rpm). Sanggup berakselerasi dari 0-100
kilometer per jam dalam 4,9 detik dan kecepatan maksimumnya 323
kilometer per jam.

Sebelum tirai penutup disingkirkan, Toyoda menghidupkan mesin LFA
dan menginjak pedal gas hingga rata dengan lantai. Bunyi deruman mesin
mobil yang membahana sanggup memompa adrenalin hingga ke batas.

Mobil hibrida
Dalam pidatonya, Akio Toyoda juga menyinggung tentang mobil
hibrida, yang hemat dalam mengonsumsi bahan bakar dan ramah terhadap
lingkungan, yang merupakan komitmen utama Toyota.



Toyota tercatat sebagai perusahaan pembuat mobil pertama di dunia
yang memproduksi mobil hibrida secara massal. "Dua belas tahun telah
lewat setelah Toyota Prius generasi pertama diluncurkan pada tahun
1997. Tahun ini kami meluncurkan Prius generasi ketiga, juga RX dan HS
hibrida dari Lexus. Bahkan, kemarin kami membuka selubung Sai, mobil
hibrida mewah dari Toyota. Dalam kesempatan ini, saya ingin berterima
kasih kepada lebih dari 2 juta orang yangmembeli mobil-mobil hibrida
keluaran Toyota, khususnya Prius," katanya.

Mobil hibrida adalah mobil yang menggabungkan mesin pembakaran
dalam yang menggunakan bahan bakar bensin atau solar (diesel) dengan
motor listrik yang mendapatkan tenaga dari baterai.

Menurut Toyoda, berbicara mengenai eco-driving (berkendara secara
hemat bahan bakar), banyak yang berpendapat bahwa mobil hibrida dan
mobil listrik benar-benar berbeda, padahal hal itu tidak benar. Mobil-
mobil hibrida keluaran TMC, terutama Prius, mampu beroperasi sebagai
mobil listrik dalam arti sesungguhnya. Dalam arti, motor listrik
beroperasi sendirian tanpa bantuan mesin bensin. "Dengan demikian,
tidak berlebihan jika Prius sudah merupakan separuh kendaraan
listrik," katanya.

Akio Toyoda juga menyebutkan akan memperkenalkan Prius Plug-in
Hybrid Concept, mobil listrik compact FT-EV II jarak dekat, dan mobil
fuel cell FCHV yang hanya menyisakan air.(JL)

Artikel ini dimuat di harian Kompas, 23 Oktober 2009, halaman 36

Label: